TEMPO.CO, Makassar - Keluarga Ismail Tiro, 34 tahun, warga Maros, Sulawesi Selatan yang menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata Abu Sayyaf, mengaku pernah berkomunikasi dengan seorang yang diduga sebagai penyandera. Komunikasi itu terjadi sehari setelah kabar penyanderaan beredar.
Kakak Ismail, Sulaiman, mencoba menghubungi adiknya melalui telepon seluler, setelah mendapat kabar itu. Hubungan telepon tersambung tapi tidak diterima oleh Ismail. "Yang menerima seorang lelaki dengan bahasa Melayu," kata Sulaiman kepada Tempo, Senin 27 Juni 2016.
Sulaiman yang berbicara langsung dengan orang tersebut sempat menanyakan kabar dan keberadaan Ismail. Tapi, kata dia, pertanyaan itu tidak dijawab. "Dia cuma sempat bertanya siapa saya. Kami jawab bahwa keluarga Ismail," ujar dia.
(Baca: OP Samarinda Klaim Sudah Peringatkan Kapal TB Charles)
Setelah mengetahui keluarga Ismail yang menelepon, lelaki berbahasa Melayu itu langsung menutup sambungan telepon. Sulaiman beberapa kali menghubungi tapi tidak pernah diangkat. "Sampai sekarang telepon itu aktif tapi tidak pernah dijawab," ujar Sulaiman.
Ibunda Ismail, Hanafiah mengatakan anaknya terakhir datang ke Maros, Sulawesi Selatan, sebelum masuk bulan Ramadan. Saat akan berangkat lagi ke Samarinda, Hanafiah sempat berpesan ke anaknya untuk berhati-hati bila pergi berlayar. "Kami ingatkan karena jalur yang sering dilewati itu berbahaya," kata dia.
Hanafiah mengaku trauma dengan kasus penyanderaan beberapa warga Sulawesi Selatan di kapal Brahma 12, beberapa waktu lalu. Dia khawatir bila kejadian yang sama turut menimpa anaknya. "Dan ternyata itu terjadi betul. Tapi saat itu Ismail bilang bahwa itu sudah menjadi risiko dalam menjalani pekerjaan sebagai pelaut," ujar Hanafiah.
Hanafiah berharap, kondisi putranya baik dan dibebaskan oleh penyandera. Dia meminta pemerintah serius melepas semua awal kapal TB Charles. (Baca: Keluarga Ingin Segera Bertemu ABK TB Charles yang Dibebaskan)
ABDUL RAHMAN