TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Semarang memperingatkan luapan air laut akibat rob akan kembali terjadi mulai 23 hingga 30 Juni mendatang. Diperkirakan ketinggian air laut di daratan pesisir pantai utara pulau Jawa itu mencapai 1 meter.
“Kami perkirakan pasang surut mencapai 1 meter karena antara 23 hingga 30 Juni pengaruh gravitasi bumi, bulan, dan matahari sangat kuat,” kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Maritim Semarang, Retno Widyaningsih, 22 Juni 2016.
Menurut dia, 13 hingga 30 Juni merupakan puncak bulan purnama yang biasanya menimbulkan air laut pasang pada sore hingga malam hari. “Ini fenomena alam yang tak bisa dikendalikan, hanya bisa diantisipasi di daratan. Sirkulasi pengaruh bumi, bulan, dan matahari itu sudah alamiah,” kata Retno.
Selain tanggal yang ia sebutkan pada bulan Juni itu, Retno memperkirakan rob bakal menggenangi kawasan pantai utara Jawa pada 5 hingga 12 Juli, bertepatan dengan masa Lebaran. Ia memastikan kondisi rob yang sering terjadi itu sebenarnya masih dalam kondisi wajar. Sedangkan luapan yang sempat mengganggu aktivitas publik itu karena kurang antisipasi dari pengelola kota.
BMKG Maritim Semarang merekomendasikan agar pemerintah daerah yang punya wilayah di pesisir pantai utara Jawa mengantisipasi ancaman fenomena alam itu. “Jaga sanitasi dan infrastruktur pendukung agar tak menimbulkan kerugian yang lain,” katanya.
Pakar hidrologi Universitas Diponegoro Semarang, Nelwan, menyarankan agar upaya menghadapi rob dalam jangka pendek ini bisa dilakukan dengan membuat bendungan karet. “Itu bisa dipasang di setiap muara sungai, dan biayanya lebih hemat dibandingkan dengan pembuatan polder atau kolam retensi,” ujar Nelwan.
Menurut dia, program bendungan karet itu terbukti efektif diterapkan di Cina dan daerah lain di Jawa Tengah, seperti Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak dengan istilah “bungpis”. Ia memperkirakan biaya bendungan karet Rp 100 juta per meter. “Kalau di Kota Semarang, bisa diterapkan di Kali Tenggang dan Kali Sringin,” kata Nelwan.
Sistem kerja bendungan karet itu menutup secara otomatis dengan balon karet saat air laut naik. Hal itu memudahkan sungai tertutup dan air tak masuk ke daratan.
EDI FAISOL