TEMPO.CO, Blitar - Peringatan wafatnya mantan Presiden Sukarno yang ke-46 di halaman makam, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Senin, 20 Juni 2016, diwarnai dengan doa lintas agama. Panitia penyelenggara sengaja melibatkan berbagai macam pemeluk agama agar mereka mendoakan Bung Karno sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
"Bung Karno ini bapak bangsa dan dimiliki semua golongan. Untuk itu, kami beri kesempatan ke seluruhnya untuk mendoakannya," kata Gigih Mardana, panitia haul Bung Karno, kepada wartawan. Ia mengatakan kegiatan doa lintas agama ini juga sebagai bentuk kebersamaan. Bung Karno merupakan bapak bangsa dan proklamator, sehingga tidak membeda-bedakan antarumat beragama.
Kegiatan haul Bung Karno yang digelar itu sekaligus media mengenang serta memotivasi diri melalui perjalanan hidup, semangat serta keteguhan dari perjuangan Bung Karno mulai dari zaman pergerakan hingga zaman kemerdekaan. Melalui acara itu, diharapkan tercipta masyarakat yang saling menghargai dan toleransi. Bulan Juni ini memang sudah ditetapkan sebagai bulan Bung Karno oleh Pemerintah Kota Blitar.
Beragam acara terkait dengan Bung Karno pun digelar baik peringatan hari lahir hingga hari wafatnya. Pada acara peringatan wafatnya Bung Karno, Pemerintah Kota Blitar tidak menggelar kegiatan pengajian karena tahun ini bertepatan dengan Ramadan. Nantinya, kegiatan pengajian akan kembali diselenggarakan jika tidak bertepatan dengan Ramadan.
Selain doa bersama, pemerintah kota juga mengadakan acara 1.000 tumpeng yang digelar di kawasan makam. Dalam acara itu, selain melibatkan seluruh SKPD di Kota Blitar, juga masyarakat sekitar. Mereka membawa beragam tumpeng yang akan dijadikan sebagai sajian buka bersama.
Walaupun bertepatan dengan haul Bung Karno, lokasi makamnya tidak ditutup untuk umum. Masyarakat yang ingin ziarah ke makam bisa leluasa untuk ziarah. Mereka pun juga dengan khusyuk mendoakan almarhum Bung Karno.
ANTARANEWS