TEMPO.CO, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Soekarwo sudah diberi tahu Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror ihwal beberapa teroris yang masih diburu Densus 88 di Jawa Timur. Perburuan beberapa teroris itu merupakan hasil dari pengembangan empat teroris yang ditangkap di Surabaya beberapa waktu lalu. "Iya, sudah tahu," kata Soekarwo seusai rapat paripurna di DPRD Jawa Timur, Jumat, 17 Juni 2016.
Soekarwo menolak Jawa Timur disebut sebagai pusat perekrutan orang menjadi teroris. Menurut Soekarwo, seluruh daerah di Indonesia memiliki potensi yang sama untuk menjadi tempat perekrutan. "Sekarang ini kan perekrutannya menggunakan modus baru, yaitu memanfaatkan napi narkoba," ujarnya.
Untuk mencegah itu, Soekarwo telah mengirimkan surat kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk segera memisahkan narapidana teroris dengan narapidana narkoba. "Kalau ada tanah kosong di sebelah Lapas Porong, usul dibangun penjara khusus napi teroris," tutur Soekarwo.
Selain itu, Soekarwo mengklaim sangat intensif melakukan komunikasi dengan Densus 88 ihwal teroris. Namun Soekarwo enggan menjelaskan secara detail informasi ihwal lokasi mana saja yang menjadi target perburuan teroris oleh Densus 88. "Hasil komunikasi itu tidak bisa saya ceritakan di sini," ucapnya.
Soekarwo mengimbau kepada ketua RT, ketua RW, dan kepala desa untuk mengawasi keadaan masyarakatnya. Pengawasan itu perlu diperketat jika di daerahnya terdapat rumah kontrakan dan tempat pemondokan. "Ini namanya pengawasan teritori," ujarnya.
Baca Juga:
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan pihaknya sedang mengejar beberapa terduga teroris asal Surabaya lainnya. Densus 88 sendiri sebelumnya telah menangkap tiga tersangka teroris di Surabaya, yaitu PHP, BR, FN. Sedangkan untuk seorang terduga teroris berinisial S, polisi masih belum menetapkannya menjadi tersangka.
EDWIN FAJERIAL