TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan menganggap perlakuan petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang menggerebek warung seorang ibu penjual makanan di Serang, Banten, tidak relevan lagi. Ia juga mengatakan persoalan tersebut tidak perlu dibahas berlarut-larut.
"Zaman begini tidak boleh terjadi seperti yang terjadi pada ibu itu. Cara yang kasar seperti itu bukan zamannya," kata Zulkifli saat menghadiri acara buka bersama di kediaman Agung Laksono di Jalan Cipinang Cempedak II Nomor 23 Jakarta Timur, Ahad malam, 12 Juni 2016.
Selain itu, Zulkifli mengatakan negara ini memiliki Pancasila yang menghargai perbedaan. Menurut politikus Partai Amanat Nasional itu, seharusnya Satpol PP memberitahukan dengan musyawarah. "Zaman ini tidak boleh ada toleransi perlakuan otoriter, keras, kasar seperti itu," katanya.
Meskipun begitu, Zulkifli meminta agar persoalan tersebut tidak diperpanjang. Menurut dia, masih banyak urusan di negeri ini yang substansial, seperti ketersediaan dan mahalnya barang pokok. "Itu hal yang paling penting yang memerlukan energi kita semua untuk serius," ujarnya.
Zulkifli mencontohkan, berdasarkan pengalamannya saat kunjungan kerja ke Garut, Jawa Barat. Petani tomat di Garut, kata dia, membiarkan tomatnya membusuk karena harga jual terlampau rendah. Padahal, Zulkifli berkata bahwa di Jakarta konsumen membayar dengan harga yang sangat tinggi. "Petani dapat harga murah sekali," katanya.
Sebelumnya, pada Jumat, 10 Juni 2016, seorang ibu di Serang, Banten, terlihat menangis dalam sebuah video yang ditayangkan salah satu stasiun televisi. Ibu tersebut menangis karena makanan yang ia jajakan disita petugas Satpol PP.
Dwika Putra, seorang netizen yang aktif di media sosial, kemudian berinisiatif untuk menggalang dana untuk membantu ibu pemilik warung tersebut. "Saya terpikir membantu hanya karena tidak tega melihat si ibu bersedih," kata Dwika Putra saat dihubungi Tempo, Sabtu kemarin.
Penertiban ini mendapat kecaman juga dari Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Menurut Tjahjo, dalam penertiban, Satpol PP harus bersikap simpati dan mengedepankan penyuluhan. "Jangan over acting, sok kuasa. Meskipun harus ditertibkan, tapi harus manusiawi," katanya.
ARKHELAUS W.