TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dengan Jawa Tengah saat ini sedang mengisi perutnya. Sebab, pada erupsi 2010, Merapi sudah dikeluarkan 140-an juta kubik material. Meski sudah enam tahun lalu erupsi, Merapi saat ini belum menunjukkan ada tanda-tanda erupsi lagi.
“Kondisi perut gunung masih sedikit lavanya. Tekanan gas dari dalam juga lemah. Maka belum ada tanda untuk meletus,” ujar Surono, Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Ahad, 12 Juni 2016.
Menurut dia, masyarakat banyak yang bertanya, sudah enam tahun, tapi Merapi belum erupsi. "Kapan waktunya meletus, tidak bisa dipastikan," ucapnya.
Siklus empat tahun-lima tahun Merapi erupsi saat ini tidak bisa lagi menjadi patokan. Sebab, erupsi 2010 sangat berbeda dengan erupsi sebelumnya. Jika dulu ada gempa lalu titik api diam dan lain-lain, erupsi tahun 2010 itu tidak terjadi. "Pengamatan gunung kini itu juga sudah berbeda," ujar Mbah Rono.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta I.G.M. Agung Nandaka menyatakan status Gunung Merapi saat ini masih aktif normal. Aktivitas vulkanis juga tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. "Statusnya aktif normal. Dari alat pemantauan, Merapi tidak menunjukkan perubahan aktivitas," tuturnya.
Meski aktivitas kegunungapian Merapi normal, pendaki masih tidak direkomendasikan mencapai puncak. Pendaki hanya diizinkan sampai di Pos Pasar Bubrah, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari puncak. “Kondisi bebatuan di puncak sangat labil, sehingga mudah longsor,” kata Agung Nandaka. Pendakian hingga puncak hanya dibolehkan untuk penelitian dan mitigasi.
MUH SYAIFULLAH