TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Tata Irawan mengatakan banjir menggenangi tiga kecamatan di Kabupaten Bandung dengan ketinggian 50 sampai 150 sentimeter. Menurut dia, banjir diakibatkan meluapnya anak Sungai Citarum. "Akibat hujan deras yang terjadi semalam terhitung pukul 19.00 sampai 22.00 di wilayah hulu Citarum," ujar Tata, Rabu, 8 Juni 2016.
Berdasarkan catatan BPBD Kabupaten Bandung, sekitar 300 jiwa mengungsi di tiga posko pengungsian yang dibuat di wilayah Baleendah dan Dayeuhkolot. Selain itu, dampak dari banjir tersebut adalah tersendatnya arus lalu lintas di kawasan Dayeuhkolot dan Banjaran.
Tata mengatakan arus lalu lintas dari arah Majalaya ke Bandung dan Banjaran ke Bandung tersendat akibat jalanan yang digenangi air. "Demikian juga sebaliknya. Jalan alternatif yang menghubungkan Kecamatan Baleendah dan Katapang juga terendam dengan ketinggian 50 sampai 75 sentimeter, sehingga belum dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat," ujar Tata.
Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Bandung dan sekitarnya pada Selasa malam, 8 Juni 2016. Akibatnya, sebagian wilayah di Kota dan Kabupaten Bandung dikepung banjir.
Di Kota Bandung, banjir menggenangi wilayah Gedebage, Panyileukan, dan sebagian wilayah Arcamanik. Di kawasan Panyileukan, banjir menggenang hingga ketinggian satu meter. Adapun di kawasan Gedebage banjir menggenangi jalan raya Soekarno-Hatta dan Pasar Gedebage.
Berdasarkan pantauan Tempo, hingga siang hari genangan air masih menggenang di kawasan Panyileukan dan Gedebage. Tampak warga Bumi Panyileukan sedang membersihkan sisa-sisa genangan air yang semalam membanjiri rumah mereka.
Sementara itu, di wilayah Kabupaten Bandung, banjir membuat ribuan rumah dan ratusan orang mengungsi. Banjir terparah berada di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojong Soang.
Hingga siang tadi, banjir belum juga surut dan menyebabkan angkutan umum terjebak di sekitar lokasi banjir. Lurah Panyileukan Dasep Ganda Laksana mengatakan banjir kali ini memiliki debit air yang tinggi dan paling lama surut dibanding sebelumnya.
Sejak beberapa tahun lalu, kawasan tersebut memang menjadi langganan banjir. Namun banjir kali ini adalah yang terparah. "Warga mengakui kalau ini banjir yang paling lama surut dan paling tinggi. Sudah dua kali banjir besar pada tahun ini," ujar Dasep, Rabu, 8 Juni 2016.
IQBAL T. LAZUARDI S. | RESTIA AIDILA JONEVA
Baca juga:
Pilkada DKI: Tiga Pemicu Ahok Bakal Kompromi dengan Partai
Kisah Kucing Bangunkan Jemaah untuk Salat Jadi Mendunia