TEMPO.CO, Malang - Kegiatan penerbangan sipil melalui Bandar Udara Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, ditutup hari ini, 4 Juni 2016. Penutupan Bandara yang berlokasi di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, itu berlangsung sampai pukul 07.00 besok.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Bandara Abdulrachman Saleh Suharno membenarnya adanya penutupan dan pengalihan seluruh penumpang melalui Bandar Udara Internasional Juanda di Sidoarjo. Suharno menyebutkan ada kerusakan pada satu pesawat angkut militer Hercules. Posisi pesawat berada di landas pacu dan tidak bisa dipindahkan.
Pesawat harus diperbaiki di tempat sehingga semua pesawat militer dan pesawat sipil dilarang terbang dan mendarat. “Bukan karena adanya accident (kecelakaan), hanya block runway (menutupi landasan) saja. Keterangan berikutnya adalah kewenangan pihak Lanud,” kata Suharno.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Mayor (Sus) Hamdi Londong Allo memastikan Hercules itu mengalami masalah pada roda depan (nose wheel) saat sedang berjalan perlahan-lahan menuju landasan pacu alias taxy to runway. Tidak diperjelas lebih spesifik apa masalahnya. Pesawat itu berencana melaksanakan misi dukungan kegiatan TNI Angkatan Udara.
“Karena ada masalah pada nose wheel, pesawat Herky (kode Hercules) tidak dapat melanjutkan penerbangan. Karena pesawat masih di main runway (landasan pacu utama) dan tidak dapat bergerak, maka Lanud dan Bandara Abdulrachman Saleh untuk sementara ditutup,” kata Londong.
Penutupan itu berlangsung sampai pesawat Hercules tersebut dapat ditarik kembali ke hanggarnya di Skuadron Udara 32, yang merupakan rumah bagi semua Hercules.
Manajer Distrik Sriwijaya Air Malang Muhammad Yusri Hansyah pun memastikan tiga jadwal penerbangan Sriwijaya dialihkan melalui Sidoarjo. Total ada 540 penumpang tujuan Jakarta, yang diangkut tiga pesawat Sriwijaya dengan jadwal terbang masing-masing 08.35, 12.40, dan 14.35 WIB.
“Kami maklumi kejadian ini sebagai force major (kejadian di luar kendali dan tak bisa dihindari) seperti halnya penutupan bandara saat Bromo erupsi,” kata Yusri.
Bukan hanya Sriwijaya, Garuda Indonesia, Citilink, dan Batik Air, pun terpaksa mengalihkan penerbangan melalui Bandar Udara Internasional Juanda.
ABDI PURMONO