TEMPO.CO, Padang - Pasca gempa di laut Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada Kamis, 2 Juni 2016 yang berkekuatan 6,5 Skala Richter, ahli geologi mengingatkan untuk mewaspadai potensi gempa dari segmen Suliti dan Segmen Siulak jalur gempa yang berada di patahan Sumatera.
Ketua Ikatan Ahli Gheologi Indonesia di Sumatera Barat Ade Edward mengatakan pusat gempa di Pesisir Selatan kemarin berada tepat pada batas pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng eurasia. Aktifitas gempa ini saling mempengaruhi.
“Dan yang terpengaruh tentu yg lebih dekat, seperti aktivitas Gunung Kerinci yang ikut terpicu hari ini. Dengan terpicunya Gunung Kerinci akibat gempa Pesisir Selatan kemarin, perlu ditingkatkan kewaspadaan dan monitoring kegempaan segmen Suliti di Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan dan segmen Siulak di Kabupaten Kerinci yang berada disebelah kedua sisi Gunung Kerinci,” kata Ade, Jumat, 3 Juni 2016.
Ade mengatakan Segmen Suliti sepanjang 60 kilometer tersebut membujur dari Gunung Talang hingga Gunung Kerinci. Segmen itu bertepatan dengan kiri kanan jalan Alahan Panjang-Muara Labuah. Segmen itu membentuk Sungai Suliti. Terakhir terjadi gempa besar di Segmen Suliti 1943 dengan kekuatan 7,4 Skala Richter yang menimbulkan kerusakan yang sangat parah.
“Saat ini, di atas Segmen Suliti telah berdiri permukiman yang sangat ramai. Gempa darat jauh merusak dibanding gempa laut, gempa darat lebih dangkal dibanding gempa laut, hanya goncangan, tapi juga retakannya sangat berdampak besar," kata Ade.
Sedangkan Segmen Siulak menyambung dari segmen Suliti dari Gunung Kerinci ke Siulak. Gempa di segmen itu terjadi pada 1 Oktober 2009 dengan kekuatan 6,8 Skala Richter, sehari setelah gempa besar di laut Pariaman, Sumatera Barat.
FEBRIANTI