TEMPO.CO, Bandung - Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir Djuanda Lianda Lubis dianiaya sejumlah pengemudi ojek yang beroperasi di kawasan Tahura Juanda, Bandung. Akibat penganiayaan tersebut, ia menderita luka-luka di kepala dan harus mendapatkan tiga dijahit.
Menurut Lianda, peristiwa itu bermula saat ia menghadiri rapat sosialisasi lima kafe yang beroperasi di Tahura Juanda, Rabu, 1 Juni 2016. Waktu itu, ia datang sebagai tamu undangan dalam acara yang digelar Satpol PP. "Sosialisasi tersebut berisi tentang rencana pembongkaran kafe di Tahura," ujar Lianda saat dihubungi pada Kamis, 2 Juni 2016.
Rapat digelar di dalam ruang audiovisual kantor Balai Tahura. Ia sebetulnya tak berencana hadir. "Tapi rapat tak jadi digelar kalau saya tak datang, jadi saya terpaksa datang," katanya.
Ia terkejut karena massa yang datang kebanyakan pengemudi ojek yang beroperasi di kawasan Tahura. Sedangkan dari pihak kafe hanya berjumlah puluhan.
Saat itu, para pengemudi ojek justru mengintimidasinya. Lianda mengatakan mereka memprotes rencana pelarangan ojek beroperasi di Tahura. "Mereka tak terima ojek dilarang, padahal saat itu tak ada pembahasan soal ojek," ucapnya.
Keributan memuncak saat ia menepuk pundak salah satu pengemudi ojek. "Saya langsung dipukuli oleh mereka hingga muka saya berdarah," ujarnya.
Kasus ini sudah ditangani pihak Kepolisian. Menurut Lianda, ia tak akan mencabut laporan dan memilih menyelesaikannya lewat jalur hukum.
Setelah peristiwa ini, supir ojek menghilang dari kawasan Tahura. Kehadiran pengemudi ojek, menurut Lianda, justru meresahkan pengunjung karena kerap mengintimidasi mereka.
Selain itu, Lianda menggratiskan tiket masuk Tahura hingga ada jaminan keamanan kepada pengunjung. "Kalau saya saja yang menjabat sebagai kepala balai bisa diintimidasi, bagaimana dengan pengunjung," katanya.
DEWI