TEMPO.CO, Bandung - Ada yang istimewa dalam pelaksanaan ujian tertulis seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri di Bandung kali ini, Selasa, 31 Mei 2016. Salah satu pesertanya adalah Musa Izzanardi Wijanarko, yang baru berusia 13 tahun di kelompok ujian sains dan teknologi. “Saya ingin jadi ilmuwan fisika nuklir,” katanya kepada Tempo seusai ujian.
Cita-cita Izzan adalah ingin terlibat dalam pembuatan reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik secara aman. Karena itu, dia memilih Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung sebagai pilihan pertama.
Pilihan keduanya adalah program studi matematika dan pilihan ketiga adalah program studi fisika. Keduanya di Universitas Indonesia. “Saya suka matematika dan fisika. Tadi yang agak susah soal biologi dan kimia,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran Bandung, 24 Oktober 2002, tersebut.
Menurut ibunya, Yanti Herawati, 45 tahun, Izzan belajar secara home schooling sejak tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas karena tergolong anak berkebutuhan khusus.
Kelulusan sekolahnya melalui uji persamaan di Bandung dan Tangerang. “Izzan mulai belajar usia 6 tahun, setahun kemudian kemampuan tentang matematikanya setara dengan siswa SMA,” ujar alumnus Teknik Planologi ITB angkatan 1989 itu.
Karena pemahaman pelajarannya melesat, pada usia 8 tahun, Izzan sudah ingin ikut ujian SBMPTN 2010. Sebelumnya, pada 2009, berdasarkan hasil konsultasi dengan beberapa psikolog perkembangan anak, Izzan berpotensi sebagai anak jenius.
“Pada usia 7 tahun 3 bulan, tingkat kecerdasannya seperti siswa usia 17-18 tahun, tapi tingkat emosinya masih seperti anak usia 4 tahun,” kata Yanti.
Orang tua berharap Izzan kali ini mendapat kesempatan untuk kuliah setelah sempat tertunda karena faktor usia.
ANWAR SISWADI