TEMPO.CO, Bima - Kepala Bulog Sub-Divisi Regional II Bima, Nusa Tenggara Barat, R. Gunadharma, mengatakan banyak penyebab yang mengakibatkan harga bawang merah di Bima terus anjlok. Di antaranya keputusan Bulog pusat yang meminta penghentian pengiriman bawang merah dari sejumlah daerah di Indonesia, termasuk dari Kabupaten Bima, sejak 24 Mei 2016.
"Belum ada keputusan lebih lanjut sampai kapan penghentian penyerapan bawang merah itu akan berakhir. Kami di daerah hanya pelaksana dan harus patuh terhadap kebijakan dari pusat," kata Gunadharma kepada Tempo, Selasa, 31 Mei 2016.
Gunadharma mengakui keputusan Perum Bulog yang disampaikan kepada Bulog daerah melalui faksimile itu terasa mendadak. Keputusan penghentian itu dilakukan justru saat Bulog Sub-Divisi Regional II Bima sedang gencar melakukan pembelian. Apalagi target penyerapan sebanyak 750 ton hingga Mei belum terealisasi.
Menurut Gunadharma, bersamaan dengan penghentian itu, harga pembelian oleh Bulog juga menurun. Semula Rp 20 ribu per kilogram, sekarang Rp 16.480 per kilogram.
Penghentian penyerapan bawang merah, yang disebut bersifat sementara itu, diakibatkan sejumlah alasan. Antara lain, adanya informasi akan dilakukan impor bawang merah. Namun alasan yang paling mendasar dari pihak Bulog adalah karena gudang di Kelapa Gading, Jakarta, yang menjadi tempat penyimpanan bawang merah, sudah penuh.
Bila dipaksakan tetap melakukan pembelian, akan berisiko terjadi kerusakan dan tidak layak dipasarkan. Belum lagi antrean bongkar-muat di gudang itu yang bisa mencapai tiga hari. Selain itu, Bulog harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan bawang merah bila terus dilakukan penyerapan.
Pengiriman dari Bima ke Jakarta memakan waktu minimal tiga hari, sehingga terjadi penguapan yang mengakibatkan kadar airnya menjadi tinggi. Dampaknya, bawang merah mudah rusak. "Kondisi seperti ini tidak hanya merugikan petani, tapi juga Bulog akibat pembelian dalam jumlah banyak sedangkan yang bisa dijual sedikit,” ujar Gunadharma, sembari menambahkan kerugian yang dialami Bulog sekitar Rp 2.500 per kilogram.
Gunadharma berharap pemerintah pusat memberi kewenangan kepada Bulog di daerah agar bisa tetap melakukan pembelian bawang merah dari petani. Banyak daerah lain di luar Kabupaten Bima yang masih membutuhkan suplai bawang merah dari Kabupaten Bima. “Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara Timur dan Papua membutuhkan distribusi bawang merah dari Bima.”
Sebelumnya sejumlah petani bawang merah di Kabupaten Bima meminta perhatian pemerintah karena harga jual yang tidak stabil, bahkan terus anjlok akhir-akhir ini. “Saat ini harganya hanya Rp 15 ribu per kilogram,” kata salah seorang petani bawang merah di Desa Sangiang, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, Anwar Ishaka, kepada Tempo, Selasa, 31 Mei 2016.
Menurut Anwar, sebelumnya harga bawang merah di tingkat petani mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Bahkan pernah naik hingga Rp 30 ribu per kilogram. “Dua minggu yang lalu harganya masih Rp 25 ribu per kilogram, tapi sekarang turun menjadi Rp 15 ribu,” ujarnya.
Anwar mengatakan, dengan harga Rp 25 ribu per kilogram, dirinya bisa mendapat keuntungan puluhan juta rupiah. Namun, sejak harga anjlok menjadi Rp 15 ribu per kilogram, dia rugi dengan jumlah yang cukup besar. Modal yang dikeluarkan untuk pembelian bibit, biaya tanam, perawatan, hingga pemetikan tidak sebanding dengan harga jual.
AKHYAR M NUR