TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan agen pulsa dan toko-toko kelontong bisa berkontribusi menyalurkan dana Program Keluarga Harapan (PKH).
Kementerian Sosial telah menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia untuk menyalurkan dana bantuan sosial berbasis layanan keuangan digital (LKD).
“Ibu-ibu yang punya warung pulsa dan warung kelontong bisa jadi agen dengan mendaftar di bank yang telah ditunjuk,” ujar Menteri Khofifah saat Bimbingan dan Pemantapan Peserta PKH Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Jumat, 27 Mei 2016.
Menurut Khofifah, program LKD memberikan sejumlah keuntungan kepada penerima bantuan, seperti dana bantuan lebih tepat sasaran. Selain itu, dia mengajak warga gemar menabung. Khofifah tak menampik ihwal kemungkinan penyaluran dana bansos dipotong oleh oknum tertentu.
Khofifah mengilustrasikan, jika cuma butuh duit Rp 300 ribu dari hak yang semestinya diterima Rp 1,3 juta, penerima bantuan bisa menabung sisanya sebesar Rp 1 juta di bank. “Bagaimana mereka mengakses tanpa antre? Kalau ada agen LKD dekat rumah, mereka lebih fleksibel. Harapannya adalah mempermudah akses masyarakat terhadap dana bansos,” ucap Khofifah.
Menteri berharap program ini mulai diaplikasikan pada Juni 2016. Secara nasional, LKD menyentuh 74 kabupaten/kota di 17 provinsi. Di Kota Banjarmasin, tutur Khofifah, penerima bantuan dana PKH sebanyak 1.800 jiwa. Namun hanya 330-an penerima bantuan yang akan memanfaatkan LKD menyesuaikan kesiapan infrastruktur setiap perbankan yang ditunjuk.
“Dilihat dari agen layanan digital masing-masing bank. Dari titik-titik agen, bisa disinkronkan dengan penerima PKH, baru bisa dilakukan percontohan layanan non tunai,” ujar Khofifah.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah juga menyalurkan bantuan operasional siaga bencana kepada Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan. Salah satu penerima bantuan dana PKH warga Jalan Kelayan, Kota Banjarmasin, Arainah, mengaku akan belajar terkait dengan layanan online tersebut. “Saya enggak ada rekening, jadi saya kalau dikasih dana harus belajar dulu,” kata Arainah.
DIANANTA P. SUMEDI