TEMPO.CO, Nagoya - Presiden Joko Widodo mengatakan konflik Laut Cina Selatan menjadi bagian dalam pembahasan sejumlah kepala negara dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 Outreach Meeting di Ishe Shima, Jepang, Jumat, 27 Mei 2016. Konflik di wilayah ini dianggap sebagai bahasan penting karena menyangkut pertumbuhan ekonomi kawasan.
"Banyak disinggung karena yang namanya pertumbuhan ekonomi itu akan ada kalau stabilitas perdamaian dan keamanan di sebuah kawasan itu ada. Jadi tadi hampir semua negara menyinggung soal itu," kata Jokowi seusai KTT G-7 Outreach Meeting di Bandara Nagoya, Jumat, 27 Mei 2016.
Mengenai sikap Indonesia, Jokowi dalam pertemuan itu menegaskan sikap Indonesia yang terus mengikuti dan memperhatikan setiap perkembangan atas konflik Laut Cina Selatan. Menurut dia, Indonesia berkepentingan karena stabilitas di kawasan sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. "Stabilitas di kawasan sangat kita perlukan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia," tuturnya.
Pertemuan puncak KTT G-7 Outreach Meeting dihadiri sejumlah negara yang berkepentingan dalam konflik Laut Cina Selatan, di antaranya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan, serta Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Jepang berencana meneken kesepakatan dengan Filipina yang memungkinkan Tokyo memasok peralatan militer ke Manila. Kesepakatan tersebut dibuat setelah meningkatnya ketegangan antara Filipina dan Cina atas sengketa di Laut Cina Selatan.
Presiden Jokowi, dalam pidato di KTT G-7, mengimbau negara-negara menyelesaikan konflik di kawasan dengan pendekatan damai. Indonesia, kata Jokowi, menganggap penyelesaian konflik secara militer hanya memicu kekerasan lain.
ANANDA TERESIA