TEMPO.CO, Subang - Masa tanggap darurat bencana longsor dan banjir bandang Desa Sukakerti, Kecamatan Cisalak, Subang, Jawa Barat, dinyatakan selesai.
"Tanggap darurat, kami nyatakan selesai hari ini, Jumat, 27 Mei 2016," kata Imas Aryumningsih, Wakil Bupati Subang, saat ditemui Tempo di posko penanggulangan bencana di Balai Desa Sukakerti, hari ini.
Di hari akhir masa tanggap darurat, Imas memimpin langsung kerja bakti gabungan personel aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri, ormas, dan masyarakat peduli Sukakerti, yang jumlahnya mencapai sekitar 500 orang.
Imas ingin memastikan segala urusan menyangkut perbaikan saluran air Sungai Cihideung, perbaikan rumah yang rusak ringan, dan aliran listrik bisa diselesaikan secara bersamaan. "Makanya kami mengerahkan massa gabungan sebanyak-banyaknya dan mendatangkan dua backhoe," katanya.
Imas menginginkan sebagian besar pengungsi, yang rumahnya sudah dibenahi dan sudah dialiri listrik, bisa mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Untuk yang belum, warga masih bisa menetap di penampungan sementara. Ini terutama warga yang rumahnya rata dengan tanah.
Imas menyebutkan jumlah warga Desa Sukakerti, yang terdampak bencana longsor dan banjir bandang berjumlah sekitar 113 keluarga atau 380 orang. Adapun rumah yang rata dengan tanah akibat banjir sebanyak empat rumah, 32 rumah lainnya rusak berat dan ringan.
Imas memastikan, semua keluarga pengungsi terjamin semua akomodasinya selama berada di tempat pengungsian. "Alhamdulillah, bantuan dari berbagai pihak terus mengalir," katanya.
Dia menyatakan meski masa darurat bencana sudah berakhir, pemda masih meneruskan operasi kemanusiaan ini dengan penanganan masa pascabencana. "Petugas akan terus standby di posko secara bergantian," ujarnya.
Pemantauan Tempo, puluhan relawan yang datang pertama ke lokasi Kampung Cihideung Girang berasal dari Persatuan Guru Republik Indonesia Kabupaten Purwakarta, yang dipimpin langsung Ketuanya, Engkus Kusdinar.
Ini merupakan lokasi paling parah terdampak bencana banjir bandang. Selain menyampaikan bantuan logistik, para relawannya pun langsung memberikan bantuan tenaga pembersihan rumah dan merapikan puing-puing sisa reruntuhan rumah. "Ini adalah kerja kemanusiaan, jadi bantuannya harus bisa dirasakan langsung oleh yang terkena musibah," ujar Kusdinar.
NANANG SUTISNA