TEMPO.CO, Batang - Petani Batang, Jawa Tengah, beberapa kali mengekspor ubi jalar dan terung ke Korea. Kini, mereka mengembangkan lahan lebih luas di enam kecamatan di wilayah Batang selatan dan pesisir pantai. “Jenisnya adalah terong Jepang dan ubi jalar putih yang diekspor ke Korea,” kata Henry Sasongko, Ketua Badan Usaha Muhammadiyah Cabang Bandar, pengelola ekspor produk pertanian di Batang, 22 Mei.
Ubi putih sudah delapan kali dikirim, masing-masing berbobot 32 ton. Adapun terung dikirim lima hari sekali, dengan berat rata-rata 6 kuintal. Biaya produksi rata-rata kurang dari Rp 1.500 per kilogram. Bibit disediakan oleh perusahaan pengekspor. Petani berencana meluaskan lahan hingga 50 hektare per bulan, dari kapasitas ekspor sebelumnya 10 hektare per bulan. “Petani yang bergabung sekarang sudah 90 orang lebih. Semula hanya 60 orang,” kata Henry.
Ketua Koperasi Pasar Lelang Agro Jawa Tengah, Soendoro, menyatakan dukungannya. Namun, ia mengingatkan, persaingan pasar ekspor antarnegara Asia Tenggara perlu diantisipasi. “Petani asing didukung oleh pemerintah negara pesaing, sedangkan petani lokal terabaikan oleh sistem,” ucapnya.
Menurut Soendoro, biaya produksi petani Jawa Tengah kalah oleh negara asing. Ia mencontohkan, bunga bank pinjaman untuk petani asing hanya 0,86 persen. Adapun bunga bank di Indonesia di atas angka tersebut. Negara lain juga didukung oleh infrastruktur, seperti jalan, telepon, dan listrik yang tersedia secara memadai. “Mereka juga dijamin oleh kepastian hukum. Petani pemula dibina dan bebas pajak selama tiga tahun,” kata dia.
EDI FAISOL
Baca juga:
Reklamasi Pantai: Beredar, Video Ahok Damprat Wartawan
Heboh Konstribusi Reklamasi: Inilah 3 Skenario Nasib Ahok