TEMPO.CO, Badung - Intervensi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM Luhut Binsar Pandjaitan dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar makin dalam.
Pada Minggu, 15 Mei 2016, pensiunan jenderal itu memanggil Indra Bambang Utoyo, salah satu calon Ketua Umum Golkar.
Luhut mempertanyakan langkah Indra, mantan aktivis Forum Komunikasi Putra/Putri Purnawirawan TNI/Polri (FKPPI), yang bergabung dengan enam calon ketua umum lainnya.
"Janganlah kau buat gaduh segala macam, ikutan berulah," kata Indra menirukan ucapan Luhut, saat ditemui di Nusa Dua Convention Center, Bali, Minggu malam.
Indra menjawab, ia yang pertama kali tidak setuju dengan konsep voting terbuka dalam pemilihan Ketua Umum Golkar. "Bukan saya ikut orang, tapi orang ikut saya," ucapnya.
Dengan tegas,m dia meminta Luhut tidak mengaturnya soal sikap terhadap pemilihan Ketua Golkar. “Tidak bisa Pak,” katanya. “Terserah pada forum munaslub ini”.
Indra tergabung dengan tujuh calon Ketua Umum Partai Golkar, menjalin kesepakatan menolak mekanisme voting terbuka. Mereka adalah Ade Komarudin, Mahyudin, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, Priyo Budi Santoso, Aziz Syamsuddin, dan Syahrul Yasin Limpo.
Satu-satunya calon yang tidak ikut menolak mekanisme itu ialah Setya Novanto, yang kabarnya didukung Luhut Panjaitan. Belakangan, Setya Novanto, yang terlibat skandal “Papa Minta Saham”, menyatakan sikap terkait dengan mekanisme voting. Ia menolak disebut sebagai calon yang mendorong voting terbuka.
Penolakan terhadap voting terbuka dapat berujung pecahnya Golkar, seperti saat Munas Bali 2014. Bila terbuka, DPD I, yang menyampaikan dukungan, juga membawa DPD II ke atas panggung. "Dan menuju aklamasi," kata Indra.
Atas dasar itu, panitia memutuskan pemilihan ketua umum dalam munas kali ini dilakukan dengan voting tertutup. "Agar langsung, bebas, rahasia, dan jujur," ujarnya
Bila voting tertutup, Ketua DPD II bebas menentukan pilihannya. Sebab, mereka akan masuk bilik suara. Karena itu, tidak ada orang lain yang melihat pilihannya.
Indra menyatakan lebih baik mundur bila voting dilakukan secara terbuka. Sebab, hal itu mencederai proses demokratis. "Untuk apa saya ada di sini. Keluar aja," ucapnya.
Luhut menjelaskan, ia berhak ikut campur dalam Munaslub Partai Golkar, khususnya memberikan dukungan kepada calon ketua umum. Alasannya, dia masih tercatat sebagai kader Partai Golkar.
AHMAD FAIZ