TEMPO.CO, Malang - Tanpa banyak diketahui publik, ternyata ada 12 tenaga kerja wanita yang meninggal di Hong Kong dan satu orang lagi meninggal di Cina sejak Januari hingga pekan pertama Mei tahun ini. Buruh migran wanita yang meninggal di Cina pun resminya bekerja di Hong Kong.
Berdasarkan informasi yang diterima Tempo dari Hong Kong dan Jakarta, dari 13 yang meninggal, sepuluh orang di antaranya meninggal dalam kurun Januari-Maret. Tiga orang lagi meninggal dalam tempo tiga hari pada Mei ini. Secara berurut, mereka yang meninggal kebanyakan berasal dari Jawa Timur (enam orang), Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Penyebab kematian beragam, umumnya karena bunuh diri, sakit, dan kecelakaan kerja. Penyakit yang penyebab kematian mereka umumnya sesak napas dan serangan jantung. Kecelakaan kerja umumnya dipicu oleh tindak kekerasan yang dilakukan majikan sehingga korban kehilangan semangat dan konsentrasi saat bekerja.
Namun, yang lebih memprihatinkan, sekitar 40 persen pekerja migran wanita diduga meninggal melalui tindakan bunuh diri akibat tak kuat menanggung utang.
Staf Fungsi Tenaga Kerja Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong Agustaf Ilias membenarkan jumlah buruh migran wanita yang meninggal sebanyak itu. Agustaf tidak memerinci penyebab kematian mereka. Ia pun tidak membantah dan juga tidak membenarkan informasi mengenai banyaknya pekerja migran yang menghabisi nyawanya sendiri.
“Yang lebih dominan karena belitan utang,” kata Agustaf secara diplomatis kepada Tempo, Selasa siang, 10 Mei 2016. Ia tidak memperjelas apakah belitan utang itu yang mendorong aksi bunuh diri para pekerja migran itu.
ABDI PURMONO