TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengklaim, pelaksanaan Ujian Nasional untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayahnya berjalan lancar. “Ujian Nasional berjalan lancar, yang menggunakan komputer baru puluhan, 47 sekolah. Tapi target yang terbesar untuk ujian nasional berbasis komputer itu siswa SMA (Sekolah Menengah Atas),” kata dia di Bandung, Senin, 9 Mei 2016.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan mengaku khawatir kalau ujian nasional berbasis komputer dipaksakan pada siswa SMP karena belum terbiasa. “Kecuali SMP itu sejak awal masuk sudah menggunakan komputer. Kalau dua bulan menjelang ujian (baru dikenalkan) khawatir tidak familiar,” kata dia.
Dia meminta siswa mengerjakan soal ujian dengan tenang. “Pengetahuan yang ada juga keluarnya sulit kalau panik, kalau geumpeur,” kata Aher.
Aher optimistis semua siswa peserta ujian nasional sudah mempersiapkan dirinya. Guru sekolah serta siswa sudah mempersiapkan diri menghadapai ujian yang dimulai hari ini.
Putri nomor limanya, Shofia siswi SMP Mutiara Bunda di Kota Bandung juga tengah menjalani ujian nasional itu. “Saya gak percaya UN tanpa persiapan, saya punya anak, hari ini juga ikut UN. Biasanya tidurnya malam, tapi tadi malam jam 9 sudah tidur,” kata Aher. Dia mengaku tidak khawatir.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Asep Hilman mengatakan, belum menerima laporan masalah penyelengaraan UN SMP. “Kami pantau terus perkembangan terbaru dari waktu ke waktu, agar hak anak-anak untuk mengikuti ujian nasional terpenuhi,” kata dia, di Bandung, Senin, 9 Mei 2016.
Asep mengatkan, gara-gara libur akhir pekan panjang, distribusi soal hingga ke tiap rayon sudah tuntas dikirim hingga Rabu, 4 Mei 2016. “Sebelum libur, dari mulai yang terjauh Pangandaran sampai Depok terakhir jam dua malam, tidak ada komplain. Mudah-mudahan hari ini penyelenggaraannya berjalan lancar,” kata dia.
Tahun ini ujian nasional diikuti 805.851 siswa SMP dan sederajat di Jawa Barat. Jumlah sekolah yang mengikuti ujian itu sebanyak 7.714 SMP, dari jumlah itu hanya 47 sekolah yang menggunakan sistem ujian berbasis komputer. Mayoritas siswa SMP di Jawa Barat ujian nasional menggunakan pinsil dan kertas yakni 798.901 orang, sementara hanya 6.950 orang mengikuti ujian nasional berbasis komputer. Ujian nasional SMP tahun ini juga di ikuti oleh 335 orang peserta dari SMPLB, dan 31.553 orang peserta ujian Paket B.
Satu di antara 47 sekolah yang menyelenggarakan ujian berbasis komputer adalah MTs Negeri 1 Lohbener di Kabupaten Indramayu. Di sekolah tersebut ternyata hanya ada 100 unit komputer yang memiliki fasilitas internet untuk pelaksanaan UNBK. Padahal peserta UN di sekolah tersebut mencapai 290 siswa. Untuk mengatasinya, pihak sekolah pun harus membagi pelaksanaan UNBK menjadi 3 gelombang. Masing-masing pagi, siang dan sore hari. Setiap gelombang diisi oleh 100 peserta UNBK dalam satu ruangan.
Kepala MTs Negeri 1 Lohbener, Taryana, mengakui jika fasilitas computer basic test (CBT) di sekolahnya memang terbatas. “Karena penyediaan CBT itu membutuhkan biaya yang besar," kata Taryana. Karena keterbatasan itu, siswa yang mengikuti UN pun harus dibagi menjadi 3 gelombang.
Sekalipun fasilitas terbatas, namun Taryana, mereka menegaskan jika sekolahnya merupakan satu-satunya sekolah tingkat SMP/MTs di Kabupaten Indramayu yang menyelenggarakan UNBK. “Dengan UNBK lebih praktis dibandingkan UN berbasis kertas,” kata Taryana.
AHMAD FIKRI | IVANSYAH