TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Generasi Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengaku marah bila Partai Golkar kerap disebut sebagai partai saudagar, mengingat banyak pengusaha di dalamnya. Padahal, kata Ahmad Doli, keberadaan saudagar tidak serta merta membuat partai pohon beringin itu jadi partai saudagar.
"Itu teori dari mana? Sejak kapan? Itu tidak benar dan citra itu harus diperbaiki," ujar Ahmad di Jakarta, Minggu, 8 Mei 2016.
Ahmad melanjutkan, anggapan Golkar sebagai partai saudagar masih terdengar menjelang musyawarah nasional luar biasa pada pertengahan Mei nanti. Salah satunya karena permintaan iuran Rp 1 miliar untuk menjadi calon ketua umum.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya ada aturan kader Golkar harus menyetor Rp 1 miliar dulu jika ingin menjadi kandidat ketua umum. Jika tidak, otomatis ditolak. Aturan itu menimbulkan pro-kontra di kalangan kader, yang juga menimbulkan anggapan hal tersebut mengukuhkan Golkar sebagai partai saudagar.
"Dibilangnya itu terobosan pengukuhan Golkar sebagai partai saudagar. Itu tak benar dan tak bisa dibiarkan. Perlu ada langkah baru yang langsung menyentuh masyarakat," ujar Ahmad yang kerap khawatir Golkar menjadi alat kepentingan bisnis kader pengusaha.
Golkar rencananya menggelar munas untuk menentukan ketua umum pengganti Aburizal Bakrie di Nusa Dua, Bali. Pergelaran akbar yang diperkirakan menelan biaya Rp 67 miliar itu akan berlangsung selama 3 hari, yakni 15-17 Mei 2016.
Mereka, yang akan bertarung memperebutkan kursi ketua umum, adalah Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Ade Komarudin, Syahrul Yasin Limpo, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, dan Priyo Budi Santoso. Setya Novanto adalah salah satu yang menjadi pengusaha.
ISTMAN MP