TEMPO.CO, Jakarta - Syahrul Yasin Limpo mendaftarkan diri sebagai bakal calon ketua umum Partai Golkar ke panitia pemilihan partai, Rabu hari ini. Berbeda dengan bakal calon ketum lain, saat mendaftar Gubernur Sulawesi Selatan itu mengatakan ia tak mau membayar iuran wajib Rp 1 miliar yang dibebankan kepada setiap bakal calon. "Jangan segan coret saya bila itu harus," kata Syahrul di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Rabu, 4 Mei 2016.
Iuran sebesar Rp 1 miliar ini merupakan syarat wajib yang dibebankan kepada setiap bakal calon ketua umum. Tujuan pembayaran ini untuk mendanai penyelenggaraan musyawarah nasional luar biasa dan menghindari politik uang dalam pemilihan.
Selain tak mau membayar iuran wajib, Syahrul juga enggan membayar iuran sukarela seperti yang sudah disepakati panitia pemilihan dalam Munaslub DPP Golkar. "Tidak satu sen pun. Sumbangan saya adalah idealisme saya," ujarnya.
Mantan Bupati Gowa, Sulawesi Selatan, ini tidak mau kesetiaannya kepada Golkar diukur dengan uang. Syahrul menegaskan ia datang jauh-jauh dari Makassar ke Jakarta sudah membuktikan kecintaannya kepada partai berlambang pohon beringin tersebut.
Menurut Syahrul, budaya iuran tidak baik bagi partainya. Sebab pengurus Golkar di daerah berpotensi mengikuti kebijakan DPP Golkar tersebut. Gubernur Sulawesi Selatan dua periode ini mengatakan ia ingin bertarung dalam pemilihan ketua umum berdasarkan kecerdasan dan kemampuan, bukan karena uang.
Ketua panitia komite pemilihan dalam Munaslub Golkar, Rambe Kamarul Zaman, mengatakan nasib Syahrul dalam pencalonan ini akan dibahas saat tahapan verifikasi berkas bakal calon ketua umum. Rambe tetap menegaskan bahwa iuran tersebut bersifat wajib bagi setiap calon. "Proses penyelesaiannya nanti ada," katanya.
AHMAD FAIZ