TEMPO.CO, Yogyakarta - Pelaku penyayatan empat perempuan di Yogyakarta diduga sering mengalami tekanan jiwa dan stres hingga depresi. Polisi akan melakukan tes psikologis kepada tersangka, Bobby Adhie Nugroho, 40 tahun.
"Dari keterangan keluarga, tersangka sering depresi. Dia punya anak dan istri," kata Kepala Kepolisian Kota Yogyakarta Komisaris Besar Pri Hartono Eling Lelakon di Markas Polda DIY, Selasa, 3 Mei 2016.
Pri menjelaskan, meskipun sering depresi, pelaku penyayatan itu terlihat normal. Saat ditanya penyidik, jawabannya normal, meski kadang tidak normal. Penyidik masih mendalami motif sebenarnya, selain hanya karena jalannya terhalang para korban.
Warga asli Mojokerto, Jawa Timur, itu di Yogyakarta tinggal bersama saudarinya di Sonopakis, Kasihan, Bantul. Dia juga beralamat di Desa Karang Tengah, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul. "Penyidik belum menyusun BAP (berita acara pemeriksaan). Butuh psikolog untuk mengungkap lebih jauh," ujarnya.
Polisi meyakini pelakunya hanya Bobby. Tidak ada orang lain yang melukai empat orang itu. Bobby ditangkap di Sonopakis, Senin malam, 2 Mei 2016. Salah satu buktinya, sebuah pisau cutter ukuran 14 sentimeter. Pisau tipis dan tajam sepanjang 8 sentimeter itu masih terlumuri darah. Sekilas tampak karatan. "Cutter-nya masih baru saat untuk penyayatan," tuturnya.
Kepala Polisi DIY Brigadir Jenderal Prasta Wahyu Hidayat mengatakan pelaku kejahatan akan ditangkap. Termasuk penembakan yang terjadi beberapa waktu lalu. "Pelaku ini bukan residivis. Akan kami dalami lagi motifnya. Masyarakat harap tetap tenang," ucap jenderal bintang satu ini.
Semua korban penyayatan itu menderita luka di lengan kanan. Mereka adalah Nadila Eka Rahmawati, 12 tahun, warga Kotagede, Yogyakarta, dan Karni, 16 tahun, warga Banguntapan, Bantul. Mereka disayat di Jalan Nyi Pembayun, Kotagede.
Korban lainnya adalah Nelly Ratnasari, mahasiswi. Ia disayat di Jalan Soepomo, Umbulharjo, Yogyakarta. Korban lain yang belum terekspos, Rahmawati, 29 tahun, warga Kotagede, disayat di Jalan Pramuka. Penyayatan di lokasi berbeda itu terjadi pada 25 April lalu.
MUH SYAIFULLAH