TEMPO.CO, Subang - Aliansi Buruh Subang membesut tuntutan Spultura atau Sepuluh Tuntutan Rakyat dalam aksi memperingati May Day atau Hari Buruh Sedunia, pada Minggu, 1 Mei 2016.
Para buruh berkonvoi dengan kendaraan roda empat dan roda dua dari pabrik PT Kondobo Kalijati. Mereka menapaki ruas jalur Dawuan sebelum sampai ke pusat aksi di alun-alun Benteng Pancasila.
Aliansi Buruh Subang yang merupakan koalisi buruh yang berkabung dalam SPN, KASBI, FSPMI, KSPSI, SBIT, SBMKB itu, menyatakan Spultura tak bisa diganggu gugat.
"Spultura adalah harga mati yang harus dibayar pemerintah," kata Anang, seorang aktivis buruh di atas kendaraan bak terbuka yang dijadikan mimbar pidato.
Spultura yakni hapus sistem kerja kontrak & outsourcing, tolak politik upah murah, tolak PHK, union busting dan kriminalisasi anggota & pengurus serikat, jaminan sosial bukan asuransi sosial.
Selain itu, laksanakan hak buruh perempuan & lindungi buruh migran, tanah & air untuk kesejahteraan rakyat, tolak privatisasi; bangun Industri nasional untuk kesejahteraan rakyat, pendidikan & kesehatan gratis untuk rakyat.
"Tangkap, adili dan penjarakan pengusaha nakal, serta turunkan harga kebutuhan pokok," teriak penyampai orasi dengan nada tinggi. Para buruh menegaskan bahwa pelaksana negara gagal menyejahterakan rakyat.
Kecuali melakukan aksi unjuk rasa di Subang, ribuan buruh Subang juga ikut ambil bagian pada aksi May Day besar-besaran yang dilakukan oleh gabungan buruh yang berasal dari wilayah Jabodetabek, Karawang dan Purwakarta.
Kepala Polres Subang, Ajun Komisaris Besar Agus Nurpatria, mengatakan aksi May Day di daerahnya secara keseluruhan berlangsung sepanjang Minggu pagi hingga sore itu berlangsung aman.
"Alhamdulillah nggak ada masalah serius, buruh menyampaikan aspirasinya dengan tertib," ujar Agus. Ia bersama Komandan Kodim 0605/Subang, Letkol (Inf) Budi Mawardi Syam, menerjunkan 466 anggota gabungan untuk mengamankan perayaan May Day tersebut.
NANANG SUTISNA