TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan respons bersama negara-negara yang tergabung di Association Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam menangani bencana sangat penting.
“Setiap negara mengalami tantangan untuk menghadapi multi-bencana dan kerentanan. ASEAN setiap saat dapat terdampak bencana,” katanya dalam keterangan resminya seusai menghadiri pertemuan ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) ke-28, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 26 April 2016.
Willem menuturkan, pertemuan tersebut mendorong ASEAN untuk menumbuhkan kerja sama kemanusiaan, pengurangan risiko bencana, dan membangun ketangguhan di kawasan ini. “ASEAN harus siap bekerja sama serta mendukung dalam upaya-upaya membantu pemerintah dan masyarakat yang terdampak bencana,” katanya.
Willem menjelaskan, berdasarkan laporan United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), siklon atau badai merupakan bencana yang paling mematikan di kawasan ASEAN. Bencana tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi kehidupan masyarakat, infrastruktur, pertanian, dan sebagainya.
UNISDR pada periode 1970-2009 menemukan bahwa kerentanan sosial terhadap bencana juga sangat tinggi. Menurut Willem, masyarakat Myanmar memiliki indeks kerentanan paling tinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN, kemudian diikuti oleh Indonesia dan Filipina.
ABDUL AZIS