TEMPO.CO, Bandung - Panitia Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 menawarkan cara baru ujian. Selain tes tertulis dengan kertas dan pensil, peserta bisa ujian dengan komputer seperti siswa SMA sederajat ketika mengerjakan Ujian Nasional.
Untuk sementara jatahnya terbatas bagi 2.500 orang peserta yang melaksanakan ujian di 30 perguruan tinggi negeri. Rektor Universitas Padjadjaran Tri Hanggono Achmad mengatakan computer based testing (CBT) yang diterapkan perdana pada SBMPTN 2016 merupakan permintaan pemerintah dan disepakati Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri.
Peserta ujian SBMPTN bisa memilih tes CBT atau paper based testing (PBT) saat pendaftaran secara online yang berlangsung mulai Senin, 25 April, hingga akan ditutup pada 20 Mei 2016. Dari 78 perguruan tinggi negeri peserta SBMPTN, sementara ini terpilih 30 universitas negeri yang menyediakan ujian dengan komputer. “Jumlah kuota pesertanya sekitar 100 orang,” kata Tri kepada Tempo seusai jumpa pers SBMPTN 2016 di Pusat Informasi SBMPTN Panitia Lokal Bandung di ITB.
Beberapa penyelenggara tes CBT, menurut Tri, adalah Universitas Syah Kuala di Aceh, Universitas Sumatera Utara di Medan, Universitas Andalas di Padang, Universitas Riau, Universitas Sriwijaya di Palembang, Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Juga Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Airlangga Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan beberapa kampus di Indonesia tengah dan timur.
Sekretaris Panitia Lokal SBMPTN Bandung Asep Gana Suganda mengatakan, sejak pendaftaran dibuka, peminat tes SBMPTN berbasis komputer cukup tinggi. “Di Unpad dengan kuota 100 orang sudah penuh terisi,” ujarnya. Adapun di UPI memiliki kuota 100 peserta dan ITB 120 orang.
Pendaftaran peserta SBMPTN 2016 berbiaya Rp 200 ribu. Pada 2015, dengan subsidi pemerintah, biaya pendaftaran Rp 100 ribu. “Soal perubahan biaya pendaftaran silakan tanya ke panitia pusat,” kata Asep. Peserta yang telah membayar kemudian ingin berganti pilihan program studi, harus membayar kembali biaya pendaftaran.
ANWAR SISWADI