TEMPO.CO, Den Haag - Sekitar 200 orang melakukan aksi demo menyambut Presiden Joko Widodo di halaman Hotel Kurhaus di pantai Scheveningen, Den Haag, Jumat, 22 April 2016.
Mereka dari kelompok aktivis Maluku Selatan dan Papua Barat, International People Tribunal (IPT) 1965, dan masyarakat Indonesia yang berada di Belanda.
Dengan dijaga puluhan polisi, para demonstran sabar menanti Jokowi keluar pintu Hotel Kurhaus.
Kontributor Tempo di Amsterdam, Prita Riadhini, melaporkan, tidak ada kekerasan dalam demonstrasi itu. Para pendemo saling berbincang dan berfoto. Aksi demo sempat menarik warga Belanda yang lalu-lalang.
Perwakilan kelompok aktivis Maluku Selatan tampak mengenakan baju serbahitam dan membawa bendera Republik Maluku Selatan (RMS). Kelompok masyarakat Indonesia di Belanda lain terbagi menjadi dua untuk menyambut Jokowi atas inisiatif grup Indonesians Living in Holland (ILH).
Seperti dikatakan Fransiska Pattipilohy dari IPT 1965, mereka berharap Jokowi menarik kembali keputusan presiden bahwa PKI tidak benar. Para eksil meminta diberi kembali hak sebagai warga negara Indonesia.
Hanya Fransiska dan Sungkono dari IPT 65 yang bisa masuk Hotel Kurhaus dan bersalaman dengan Jokowi. Sambil menangis, Fransiska menyerahkan sepucuk surat berisi tiga desakan ke tangan Jokowi. Lalu Jokowi menyalami Fransiska. “Ya, saya sudah tahu,” kata Fransiska kepada Tempo mengutip pernyataan Jokowi.
Sementara itu, menteri-menteri Belanda menunggu giliran bertemu dengan Jokowi.
Fransiska menyayangkan mayoritas eksil adalah mahasiswa terpelajar yang tidak boleh pulang ke Indonesia. “Rekonsiliasi tidak bisa tanpa truth finding,” ucapnya.
Surat desakan sudah diserahkan ketika Jokowi di Berlin dan Inggris. Menurut Nursyahbani Katjasungkana yang hadir dalam demo itu, surat yang sama penting diberikan kepada Jokowi untuk mengingatkan pemerintah.
PRITA RIADHINI (AMSTERDAM)