TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Bidang Surveilans Epidemiologi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular Surabaya Siswati mengatakan pihaknya telah meneliti kualitas udara di Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Tuban, Jawa Timur. Penelitian itu dilakukan lantaran adanya peristiwa 28 warga meninggal dalam kurun 45 hari. “Hasil penelitian itu sudah dibawa ke Kementerian Kesehatan di Jakarta,” ucap Siswati kepada Tempo melalui sambungan telepon, Jumat, 22 April 2016.
Menurut Siswati, ada tiga langkah untuk mengukur kualitas udara di suatu daerah, yakni mempersiapkan semua peralatan, mengambil sampel di lapangan, lalu memeriksa sampel di laboratorium. Setelah itu, barulah keluar hasil penelitiannya. Sebenarnya, kata dia, hasil kadar udara itu bisa langsung diketahui dan dilaporkan seusai uji laboratorium. “Kalau hari itu selesai, ya sudah bisa keluar hari itu pula,” ujarnya.
Baca: Misteri Terpecahkan: Sebab 28 Warga Tuban Mati dalam 90 Hari
Siswati juga berharap proses uji kualitas udara itu tidak sampai satu setengah bulan. Soalnya, tutur dia, melihat kasus seperti di Desa Karanglo, seharusnya hasilnya segera dikeluarkan. “Jadi saya harapkan hasilnya bisa cepat,” katanya.
Peneliti yang juga ikut turun langsung ke Desa Karanglo ini menjelaskan, pada 5-6 April 2016, dia bersama dua rekannya didampingi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Tuban mengambil sampel di desa tersebut. Sampel yang diambil adalah lingkungan dan permukiman warga desa yang diteliti selama sejam. “Pengambilan sampel itu seluruhnya diatur dalam SK Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009,” ucapnya.
Baca: Komnas HAM Datangi Desa yang Puluhan Warganya Meninggal
Akibat kematian yang beruntun itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia datang untuk menelusuri penyebab kematian warga. Laporan sementara menyebutkan kematian warga desa itu karena penyakit, usia tua, dan kecelakaan. Namun kemungkinan ada penyebab lain. Itu karena di dekat Desa Karanglo terdapat pabrik semen.
MOHAMMAD SYARRAFAH