TEMPO.CO, Pangkalpinang - Persaingan politik antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra memanas di Jakarta. Ternyata di Bangka Belitung, hal sama terjadi. Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bangka Belitung (Babel) 2017, adik Ahok, Basuri Tjahaja Purnama dan adik Yusril, Yusron Ihza sama-sama maju bersaing dengan sejumlah nama lain untuk menjadi yang nomor satu di Bangka Belitung.
Saat ini keluarga Yusril unggul 1-0 dari keluarga Ahok setelah Kakak kandung Yusril, yakni Yuslih Ihza Mahendra terpilih menjadi Bupati Belitung Timur mengalahkan Basuri yang merupakan calon petahana. Di Pilgub Babel 2017, Basuri sudah menyatakan diri akan maju melalui jalur independen berpasangan dengan Muhammad Syabil Gararah. Sedangkan Yusron masih menunggu peluang maju sebagai kandidat calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Melihat persaingan politik dua keluarga yang cukup berpengaruh di Bangka Belitung ini, Pengamat Politik dari Universitas Bangka Belitung Ibrahim mengatakan munculnya nama Basuri dan Yusron yang memang sering menghiasi politik lokal hanya memperlihatkan politik latah dan politik romantisme.
"Menurut saya itu politik latah dan romantisme karena Basuri dan Yusril mencoba menunjukkan kesuksesan kakak mereka untuk jadi acuan. Selain itu juga ingin mengulang kesuksesan kakak-kakak mereka. Keduanya membayangkan hal yang sama," ujar Ibrahim kepada Tempo, Jumat, 22 April 2016.
Ibrahim mengatakan politik latah dan romantisme yang ditunjukkan Basuri dan Yusron akan membuat publik dan partai politik terjebak. Padahal rekam jejak keduanya sangat berbeda dengan Ahok dan Yusril.
"Dari sisi pengabdian, Basuri sudah pernah mengabdi sebagai Bupati Belitung Timur. Sedangkan Yusron hampir belum pernah. Hanya orang Bangka Belitung saja. Meski begitu, saya melihat mereka masih butuh meyakinkan publik. Bukan hanya melihat figur sang kakak," ujar dia.
Menurut Ibrahim, hal yang paling penting adalah publik dan partai politik harus melihat secara jernih sosok Basuri dan Yusron di Pilgub mendatang. Bukan identitas keduanya yang menjadi acuan.
"Publik harus melihat figurnya. Bukan embel-embel dibelakangnya. Itu yang harus didorong," ujar dia.
Ibrahim menambahkan persaingan antara Basuri dan Yusron bukan pertarungan program kerja dan apa yang akan dilakukan jika terpilih. Melainkan hanya pertarungan nama saja.
"Dua keluarga ini juga terkesan sudah jadi simbol identitas antara warga keturunan dan pribumi. Untuk itu masyarakat sebaiknya melihat figur orangnya. Bukan identitas siapa dia dan embel-embel apa dibelakangnya," ujar dia.
SERVIO MARANDA