TEMPO.CO, Pekanbaru - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan kemarau panjang bakal kembali melanda Riau pada Mei-September 2016. Pemerintah Riau diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan yang dikhawatirkan kembali menimbulkan bencana kabut asap.
"Penanganan kebakaran lahan harus ditingkatkan sejak dini," kata Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin, Jumat, 22 April 2016.
Sugarin mengatakan musim kering sebenarnya mulai berlangsung pada periode April di wilayah pesisir timur Riau. Namun di wilayah tengah dan selatan masih mengalami musim hujan. Akibatnya titik panas yang diindikasikan kebakaran lahan terus bermunculan di pesisir timur, terutama di wilayah Bengkalis dan Meranti.
Pada Mei nanti, cuaca kering diprediksi hampir merata di 13 kabupaten/kota di Riau. Sugarin mengingatkan pemerintah daerah agar lebih aktif meningkatkan penanganan dan pencegahan kebakaran lahan terutama di daerah rawan, seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, dan Meranti. "Daerah tersebut sangat rawan tanpa hujan," ucapnya.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau Fadrizal Labay mengatakan antisipasi kebakaran hutan dan lahan hingga kini terus ditingkatkan di Riau. Bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pemerintah daerah terus berupaya melakukan tata kelola air di wilayah gambut sesuai perintah Presiden Joko Widodo.
Hingga kini, kata Labay, 4.631 unit sekat kanal di lahan perusahaan dan 1.344 unit di lahan terbuka telah terbangun untuk menahan laju air agar gambut tetap basah. Begitu juga pembuatan sumur bor di kawasan gambut untuk menjaga ketersediaan air saat musim kemarau.
"Semua ikut berperan menjaga tata kelola ekosistem, baik itu pemerintah, kepolisian, TNI, maupun dunia usaha," ungkapnya.
RIYAN NOFITRA