TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf mengaku telah mendapatkan laporan meninggalnya 28 warga Karanglo, Kerek, Tuban, Jawa Timur.
"Itu yang berita awalnya meninggal 61 orang dalam waktu 45 hari kan hoax, saya belum tahu kabar terbaru yang jadi 28 orang," kata Syaifullah kepada Tempo di kantornya, Jumat, 22 April 2016.
Gus Ipul sapaan Syaifullah mengaku belum memperoleh laporan terbaru kasus tersebut. Namun, dia berniat untuk mengunjungi desa Karanglo untuk memeriksa secara langsung kondisinya. "Kalau perlu saya ke sana dan saya kira penting untuk dilakukan pemeriksaan udara," tutur dia.
Baca: Misteri Terpecahkan: Sebab 28 Warga Tuban Mati dalam 90 Hari
Pada kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Harsono mengatakan jumlah 28 orang meninggal di desa Karanglo, Kerek, Tuban, tersebut masih tergolong normal. Ini karena 28 orang yang meninggal itu terjadi dalam kurun waktu satu tahun. "Itu normal kok, jadi kalau yang 61 orang meninggal itu hoax," katanya.
Harsono yakin penyebab kematian 28 orang itu bukan karena pencemaran udara di kawasan tersebut. Dia menuturkan faktor penyebab kematian adalah karena usia tua, kecelakaan, sakit kanker serta menderita berbagai macam penyakit. "Mereka meninggalnya yang pasti bukan karena lingkungan," katanya.
Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur yang menangani bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Mulyono mengatakan akan memeriksa terlebih dahulu informasi tersebut. "Itu perlu dicek lagi, saya belum tahu kabar terbarunya seperti apa," katanya.
Agung menjelaskan Komisi Kesejahteraan Rakyat akan datang ke kelurahan Karanglo, Kerek, Tuban, Jawa Timur, apabila telah memperoleh konfirmasi kasus tersebut. Untuk saat ini, dewan memilih menunggu hasil uji laboratorium dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular Surabaya.
Adapun pada 11-14 April 2015, tim dari Balai Besar mengambil sampel untuk menguji kadar mutu udara di wilayah tersebut. Sekitar dua kilometer dari desa itu terdapat pabrik semen dan penambangan batu kapur untuk bahan baku semen. Komnas HAM juga datang untuk memeriksa kasus tersebut.
Baca: Komnas HAM Datangi Desa yang Puluhan Warganya Meninggal
Menurut Agung, apabila hasil uji lab tersebut menunjukkan adanya pencemaran udara, barulah Dewan akan merekomendasikan penetapan status Kejadian Luar Biasa di desa tersebut.
EDWIN FAJERIAL