TEMPO.CO, Jakarta -Memenangi kontes main online game adalah awal kisah sukses Monica Carolina. Pada 2008, ia menjadi juara kedua di salah satu cabang World Cyber Games, Call of Duty 4—game perang tipe first-person shooter. ”Aku satu-satunya peserta perempuan,” kata pemilik nama alias Nixia ini kepada Tempo, Sabtu dua pekan lalu.
Tahun-tahun berikutnya, Nixia bolak-balik nangkring di posisi pertama atau kedua dalam setiap kompetisi yang ia ikuti. Padahal semula ia cuma iseng main game seperti kebanyakan remaja seumurannya.
Perempuan yang tinggal di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, ini mengaku tidak pernah meminta duit kepada orang tua untuk mendukung hobinya. ”Saya dari keluarga pas-pasan.” Padahal, untuk memiliki satu set peralatan game (gaming gear) yang bagus, perempuan 24 tahun ini perlu puluhan juta rupiah.
Nixia mencari akal. Ia membikin grup musik. Kebetulan ia jago bermain gitar. ”Uang hasil manggung dan menang turnamen saya tabung untuk membeli ini-itu, termasuk peralatan game,” ujarnya.
Nixia juga rutin menulis me-review gaming gear yang baru ia beli di forum-forum media sosial. Bakat menulis membuatnya sempat menjadi penulis lepas Majalah Chip. Pada 2011, ia membuat situs pribadi bernama Nixiagamer. Isinya, tentang review peralatan yang ia gunakan untuk bermain game dan pengalamannya mengikuti berbagai turnamen.
Setahun berjalan, satu per satu sponsor pun berdatangan, antara lain dari produsen gaming gear, seperti MSI, NVidia, dan Corsair. Para sponsor itulah yang secara berkala mengirimkan pundi ke akun milik Nixia hingga ratusan juta rupiah.
Nixia sadar, dunia gamer masih dicap negatif oleh orang tua. ”Kesannya malas belajar dan menghabiskan uang,” katanya. Tapi, ia meyakinkan, bermain game akan bermanfaat jika diarahkan dengan baik. Nixia tak pernah membayangkan akan menjadi seorang gamer profesional. “Cita-cita saya kayak kebanyakan anak, jadi pramugari atau dokter.”
Kini, tantangan terbesar Nixia sebagai gamer perempuan adalah bersaing dengan para gamer pria. Ia banyak berlatih agar memiliki performa yang sebanding. "Makanya saya dan tim harus banyak latihan dan mengasah kemampuan. Biasanya kami latihan seminggu tiga kali, minimal tiga-lima jam per hari."
TIM TEMPO