TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengingatkan kodrat dan kewajiban perempuan di keluarga. Pernyataan itu disampaikan Risma terkait dengan Hari Kartini yang diperingati hari ini, 21 April 2016.
Bagi Risma, setinggi apa pun prestasi seorang perempuan, tetap harus ingat kodratnya. “Emansipasi wanita boleh, tapi jangan sewenang-wenang dan terlalu menuntut sampai lupa dengan kewajibannya,” kata Risma setelah menghadiri acara di Hotel Garden Palace, Surabaya, Rabu, 20 April 2016.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini juga mengapresiasi Kartini-Kartini baru di Indonesia. Mereka, menurut Risma, bersaing untuk mencapai cita-cita tanpa mengabaikan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. “Jadi, Kartini Indonesia di era modern ini sangat luar biasa,” tuturnya.
Di zaman modernisasi ini, kata dia, pekerjaan perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda. Contohnya, tukang parkir ada yang laki-laki dan ada pula yang perempuan, sopir taksi bahkan pilot juga ada pula perempuan, sehingga emansipasi wanita benar-benar ditonjolkan.
Risma meyakini apabila seorang perempuan berusaha secara maksimal, pasti hasilnya akan luar biasa. Keyakinan itu dibuktikan Risma dengan memajukan Kota Surabaya, yang saat ini sudah dikenal dunia dengan berbagai prestasi.
Sebagai perempuan, Risma juga tercatat sebagai wali kota terbaik dunia versi World Mayor. Pada Selasa, 3 Februari 2015, The City Mayors Foundation mengumumkan nama-nama wali kota terpuji dunia dalam situs resminya www.worldmayor.com.
Posisi pertama diraih Naheed Nenshi, Wali Kota Calgary, Kanada. Nenshi dianugerahi The 2014 World Mayor Prize. Sedangkan first runner-up direbut Wali Kota Ghent, Belgia, Daniel Termon, yang mendapat penghargaan The World Mayor Commendation for Services to European Cities. Sedangkan second runner-up Tri Rismaharini mendapat The World Mayor Commendation for Services to the City of Surabaya, Indonesia.
Risma menambahkan, dengan usaha maksimal dia dapat meraih cum laude saat meraih gelar master. Padahal sewaktu mengenyam pendidikan sarjana, Risma cenderung bermain-main, sehingga kuliahnya molor. "Proses ini bukti bahwa jika perempuan bersungguh-sungguh, maka hasilnya luar biasa," tuturnya.
MOHAMMAD SYARRAFAH