Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

9 Jam di KPK, Anak Buah Ahok Jelaskan Misteri '15 Persen'  

image-gnews
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Tuty Kusumawati keluar dari gedung KPK, Jakarta, 7 April 2016. TEMPO/Pusmaya Ayu
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Tuty Kusumawati keluar dari gedung KPK, Jakarta, 7 April 2016. TEMPO/Pusmaya Ayu
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI Jakarta, Tuty Kusumawati keluar dari ruang pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah pemeriksaan berdurasi hampir 9 jam. Setelah masuk tanpa berkomentar apapun sekitar pukul 10.30 WIB, Jumat, 15 April 2016, batang hidung Susi baru terlihat lagi sekitar pukul 19.00.

"Ya, yang tadi masih pendalaman terkait '15 persen' itu, sepertinya banyak yang masih 'miss' pemahamannya," ujar Tuty di depan gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 15 April 2016.

Maksud Tuty adalah soal kontribusi tambahan 15 persen dari keuntungan pengembang pulau reklamasi Teluk Jakarta untuk pemerintah.

Menurut Tuty, angka 15 persen itu adalah dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dikali luas lahan yang bisa dijual. "Sedangkan yang 5 persen, artinya bukan diturunkan dari 15 persen. Konversi 5 persen itu adalah lahan yang diberikan Pemerintah Provinsi, jadi beda," kata dia menjelaskan.

Tuty menekankan perlunya pemahaman akan konsep kontribusi tambahan tersebut, terkait proses pembuatan Rapedda reklamasi Jakarta.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Syarif mengatakan pihaknya memanggil Tuty untuk mendalami lagi proses pembuatan Rapedda reklamasi Teluk Jakarta. Tuty menjalani pemeriksaan KPK untuk ketiga kalinya, setelah sempat diperiksa pada 7 dan 12 April 2016 lalu.

"Pembuatan Raperda itu kan dikerjakan Pemerintah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI, kami ingin tahu apa peran DPRD apa peran Pemprov," kata Laode di gedung KPK, Jumat.

Laode enggan berkomentar soal hasil pemeriksaan Tuty sebelumnya. "Saya belum dapat update dari penyidik, nanti kalau sudah selesai mereka presentasi dulu," kata dia.

Kata Laode, KPK masih mempelajari hasil pemeriksaan sejumlah saksi yang terkait dengan kasus suap reklamasi yang menyeret Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Mohamad Sanusi. Beberapa yang diperiksa selain Tuty, antara lain, staf khusus Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, Sunny Tanuwidjaja, serta bos raksasa properti Agung Sedayu Group Sugiato Kusuma, alias Aguan.

KPK mulai mengawasi Sunny sejak Februari 2016 lalu. Sunny, menurut seorang penegak hukum, pernah menghubungi Aguan untuk membahas kewajiban pengembang membayar kontribusi tambahan dalam Raperda Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sunny pun sempat diduga menjanjikan sesuatu kepada Aguan yang diketahui meminta kontribusi tambahan dikurangi hingga 5 persen.

Raperda, saat itu sedang dibahas di Badan Legislasi Daerah. DPRD sempat meminta agar kontribusi tambahan diatur dalam Peraturan Gubernur saja. Tapi, kemudian, DPRD mendesak kontribusi tambahan itu diturunkan dari 15 persen menjadi 5 persen saja, dikali Nilai Jual Objek Pajak dikali lahan yang bisa dikomersilkan.

Ahok, sapaan Basuki, menetapkan pengembang pulau reklamasi Teluk Jakarta harus memberikan kontribusi tambahan 15 persen dari keuntungan mereka. Angka itu, kata Ahok sudah berdasarkan kajian.

"Ditentukan konsultan independen,” kata Ahok seperti dimuat Koran Tempo edisi 13 April 2016.

Ahok mengacu pada dividen yang diberikan PT Pembangunan Jaya yang mengelola taman hiburan Ancol, Jakarta Utara selama 30 tahun.

Perkara ini memanas saat KPK menangkap Sanusi, akhir Maret 2016 atas dugaan menerima suap dari bos perusahaan Agung Podomoro Ariesman Widjaja. Suap itu diduga untuk memuluskan pembahasan Raperda reklamasi teluk Jakarta.

Bukti uang suap sebanyak Rp 1 miliar disita saat penangkapan Sanusi dan karyawan Agung Podomoro, Trianda Prihantoro. Ariesman sendiri menyerahkan diri ke KPK tak lama setelah penangkapan tersebut.

Penangkapan ini berkembang hingga melibatkan Agung Sedayu Group, karena anak perusahaannya adalah pengembang pulau-pulau yang akan direklamasi.

YOHANES PASKALIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

14 jam lalu

Kreator Konten, Galih Loss. Foto: Instagram.
Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.


Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

29 hari lalu

Jakarta Banjir, Heru Budi Minta Maaf: Mohon Dimaklumi
Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

Banjir melanda sebagian wilayah di DKI Jakarta kerap terjadi berulang kali. Berikut gaya gubernur DKI menyikapi banjir di wilayahnya.


Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

29 hari lalu

Terdakwa kasus tindak pidana penodaan agama Panji Gumilang (tengah kemeja kuning) saat hendak meninggalkan ruang persidangan di Pengadilan Negeri Indramayu, Jawa Barat, Rabu, 20 Maret 2024. Foto: ANTARA/Fathnur Rohman
Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Berikut sederet kasus penistaan agama yang dijatuhkan vonis untuk Ahok, Arya Wedakarna, dan terakhir Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun.


81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

44 hari lalu

Wakil Presiden Ma'ruf Amin memotong tumpeng bersama istrinya, Wury Estu Handayani saat mengadakan tasyakuran hari ulang tahunnya di rumah dinasnya di Jalan Diponegoro, Jakarta, 11 Maret 2020. Ma'ruf Amin hari ini berulang tahun yang ke-77. TEMPO/Friski Riana
81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

Ma'ruf Amin berusia 81 tahun pada 11 Maret ini. Berikut perjalanan politiknya hingga menjadi wapres, sempat pula berseteru dengan Ahok.


Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

47 hari lalu

Ilustrasi KJMU. Istimewa
Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

Ramai di media sosial soal Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang disebut diberhentikan sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta. Apa beda KJMU dan KJP Plus?


Jika Ahok Berminat Maju di Pilkada DKI Jakarta, Status Mantan Narapidana Bisa Mengganjalnya? Ini Kata UU Pilkada

48 hari lalu

Politikus PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyampaikan orasi politiknya dalam acara Ahokers Bareng Ganjar di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2024. Relawan Ahokers resmi mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024. ANTARA/Aprillio Akbar
Jika Ahok Berminat Maju di Pilkada DKI Jakarta, Status Mantan Narapidana Bisa Mengganjalnya? Ini Kata UU Pilkada

Pengamat politik Adi Prayitno sebut nama Ahok dan Anies Baswedan masih kuat di Jakarta. Bagaimana dengan Ridwan Kamil?


69 Tahun Deddy Mizwar, Perjalanan Karir Jenderal Nagabonar dari Aktor hingga Politisi

48 hari lalu

Wakil Gubernur Deddy Mizwar memeriksa barisan saat upacara Resimen Mahasiswa Mahawarman di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, 11 Januari 2017. TEMPO/Prima Mulia
69 Tahun Deddy Mizwar, Perjalanan Karir Jenderal Nagabonar dari Aktor hingga Politisi

Menjadi politisi sambil tetap aktif dalam dunia film. Begini perjalanan Deddy Mizwar menapaki dua bidang yang berbeda tersebut.


Pengamat soal Tokoh yang Cocok Maju Pilkada DKI 2024: Anies dan Ahok Masih Kuat

52 hari lalu

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tertawa bersama dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) usai hadiri acara pelantikan anggota DPRD DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat
Pengamat soal Tokoh yang Cocok Maju Pilkada DKI 2024: Anies dan Ahok Masih Kuat

Pengamat politik mengatakan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih memiliki suara kuat di Jakarta.


Di TPS Ahok, Ganjar-Mahfud Unggul dengan 113 Suara

14 Februari 2024

Mantan Gubernur DKI Jakarta, yang terakhir menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama istri, Puput Nastiti Devi dan putranya, Sean, menggunakan hak pilih di TPS 112 yang berada di Jalan Pantai Mutiara, Pluit Jakarta Utara. Rabu, 14 Febuari 2024. Ketiganya tampak kompak mengenakan baju berwarna gelap. TEMPO/Yuni Rahmawati
Di TPS Ahok, Ganjar-Mahfud Unggul dengan 113 Suara

Paslon Ganjar-Mahfud memimpin suara di TPS tempat Ahok menyalurkannhak suara.


Keluarga Ahok Sepaket Pilih Calon yang Berasal dari PDIP

14 Februari 2024

Mantan Gubernur DKI Jakarta, yang terakhir menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama istri dan dua anaknya gunakan gak pilih di TPS 112 yang berada di Jalan Pantai Mutiara, Pluit Jakarta Utara. Rabu, 14 Febuari 2024. TEMPO/Yuni Rahmawati
Keluarga Ahok Sepaket Pilih Calon yang Berasal dari PDIP

Ahok berharap, pemilu yang diadakan setelah Imlek ini membawa kemakmuran, keadilan, kesehatan dan kebahagiaan yang akan dirasakan oleh masyarakat.