TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebagai salah satu kandidat bakal calon Wali Kota Yogyakarta dari jalur perseorangan, Garin Nugroho sangat antusias mengikuti pergelaran konvensi yang akan digelar Jogja Independent di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Ahad, 17 April 2016.
Sutradara yang beberapa kali membuat film berlatar Yogya ini berjanji akan menerapkan kebijakan yang bercermin pada spirit perjuangan Sultan Hamengkubuwono IX jika berhasil menjadi orang nomor satu di Kota Yogyakarta.
"Amanat Hamengkubuwono IX saat transformasi kemerdekaan bahwa Yogya harus aman dan nyaman bagi warga dari segala latar belakang itu harus diteriakkan lagi," ujar Garin ditemui di Sekretariat Jogja Independen, Rabu 13 April 2016.
Garin menanggapi makin maraknya kasus intoleransi atau kekerasan atas nama agama di Yogyakarta belakangan ini. Salah satunya serbuan sejumlah orang dari sebuah organisasi kemasyarakatan di acara diskusi yang digelar seniman di Survive Garage beberapa hari lalu.
Garin menuturkan, untuk menciptakan Yogya yang aman bagi warganya itu, seorang pemimpin di Yogya harus berani menjalankan 'syiar' seperti yang pernah diamanatkan HB IX. "Pemimpin perlu berani di depan, tengah, dan belakang," ujarnya.
Janji Garin yang lain adalah membuat ruang publik yang nyaman bagi warga Yogya, serta membenahi sistem tata kelola air dan gorong-gorong. "Saat ini ruang publik Yogya yang memadai hanya ruang publik peninggalan Belanda," ujar Garin.
Ruang publik memadai menurut Garin, seharusnya mampu menjadi ruang yang mendidik warga menjadi kritis dan produktif. "Tapi yang terjadi sekarang ruang publik yang diwujudkan sekarang lebih mengarahkan ke ruang publik konsumtif, " ujar Garin.
Ruang publik, menurut Garin, saat ini dipersepsikan tak ubahnya ruang kosong untuk memunculkan kegiatan transaksi jual beli baru, bukan menjadi sarana panggung kegiatan bagi warga.
Menjelang pemilihan Wali Kota Yogyakarta, ada beberapa kandidat yang lolos mengikuti tahap konvensi calon wali kota jalur perseorangan. Selain Garin, ada juga Rommy Heryanto. Praktisi sekaligus konsultan usaha mikro kecil menengah di Yogya ini mengatakan ingin fokus untuk meyakinkan publik dan para panel ahli dalam konvensi nanti bahwa independen bisa membawa perubahan.
"Kami mengusung semangat Wani Lan Sembada (Berani dan Bertanggungjawab), publik harus melihat ini dulu, sehingga percaya," ujarnya. Wani Lan Sembodo yang diusung jadi motto Jogja Independen merujuk keberanian pada sejumlah hal. Khususnya melawan korupsi.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Wawan Budiyanto mengingatkan bagi siapapun kandidat dari jalur perseorangan yang lolos konvensi, dapat memenuhi persyaratan administratif tak sekedar pengumpulan Kartu Tanda Penduduk.
"Legalitas dukungan itu lebih penting daripada rugi, KTP tanpa legalitas sama saja tidak akan sah," ujarnya. Legalitas yang dimaksud adalah adanya pernyataan tertulis berdasarkan nama dan alamat untuk pendukung calon independen. "Dukungan harus tersebar merata, minimal 50 persen di seluruh kecamatan kota Yogya," ujarnya.
KPU belum dapat memastikan berapa syarat pasti jumlah dukungan KTP agar calon independen bisa ikut bertarung. Sebab tahap-tahap pemilihan kepala daerah 2017 belum juga terbit.
Juru bicara relawan Jogja Independen Herman Dodi menuturkan, sampai saat ini agenda konvensi para calon paling memungkinkan digelar di Jogja Expo Center. Opsi lainnya, digelar di Museum Diponegoro Jalan Sudirman. "Para kandidat juga akan kami test bebas narkoba," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO