TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menyatakan, konsumen sudah siap bila beleid tanpa kantong plastik diterapkan. Sebab, berdasarkan survei YLKI, sebanyak 65 orang atau 35,3 persen dari 184 responden menyarankan untuk meniadakan kantong plastik.
"Saya kira konsumen sudah menerima pesan dari kebijakan tersebut. Yang bawa kantong sendiri cukup tinggi," ujar Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI, di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 13 April 2016.
Dari 222 responden, ada 103 responden yang tidak menggunakan kantong plastik atau membawa kantong sendiri. Sementara, 83 responden menggunakan kantong plastik kurang dari tiga lembar. Lalu 29 responden mengkonsumsi 3-4 lembar, dan 7 responden yang memakai lebih dari empat lembar kantong.
Tulus mengungkapkan, Indonesia merupakan negara kedua yang paling banyak mengkonsumsi kantong plastik dengan jumlah pemakaian sebesar 9,8 miliar per tahun. "Indonesia sangat kronis, dari seluruh dunia, Indonesia nomor dua penyumbang sampah plastik setelah Cina," katanya.
YLKI merekomendasikan pemerintah dan ritel agar beralih menerapkan kebijakan dalam taraf ekstrim, yaitu tidak lagi menyediakan kantong plastik, untuk mengurangi potensi sampah kantong plastik secara signifikan. "Konsumen harus turun menjaga lingkungan dengan mengurangi konsumsi plastik," kata Tulus
Namun, peneliti YLKI, Nataliya Kurniawati mengungkapkan, 40 dari 103 responden menyatakan akan tetap menggunakan kantong plastik bila belanjaan penuh atau tidak ada kantong belanja alternatif, dan selama harga kantong plastik masih terjangkau.
Nataliya mengungkapkan, sebagian ritel modern juga ada yang belum menyediakan kantong belanja alternatif dan kardus bekas. Kalaupun ada, kata dia, harganya masih cukup mahal dan berkisar antara Rp 4.900 sampai 69 ribu.
Dari hasil survei, kantong alternatif seharga Rp 69 ribu dijual oleh Ace Hardware. "Sementara Hypermart menawarkan harga kantong belanja sebesar Rp 5.000 dengan ketentuan konsumen harus berbelanja minimum Rp 200 ribu," ucap Nataliya.
FRISKI RIANA