TEMPO.CO, Samarinda - Banjir besar merendam tiga kecamatan di Kabupaten Kutai Barat, yakni di Kecamatan Nyuatan, Damai, dan Muara Lawa sejak sepekan terakhir. Kedalaman air mencapai 5 meter merendam rumah warga. Banjir juga memutuskan jalan poros Samarinda-Kutai Barat karena terendam banjir hingga kedalaman dua meter.
Hasriyansyah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kutai Barat, mengatakan banjir yang merendam pemukiman warga terjadi akibat meluapnya Sungai Mahakam diikuti meluapnya Sungai Kedang Pahu, anak Sungai Mahakam. Tingginya curah hujan memicu bertambahnya debit air yang tak bisa tertampung dua sungai besar ini.
"Kalau di bantaran Sungai Mahakam ada lima kecamatan yang terendam banjir, Kecamatan Long Iram, Tering, Melak, Muara Pahu, dan Kecamatan Penyinggah. Tapi banjir terparah terjadi di Sungai Kedang Pahu yang merendam tiga kecamatan," kata Asriyansyah saat dihubungi dari Samarinda, Selasa, 29 Maret 2016.
Sejauh ini, menurut Asriyansyah, BPBD Kutai Barat masih terus menghimpun data korban banjir. Pasukan reaksi cepat BPBD terus menyisir ke kamp darurat yang ada di kampung-kampung. Saat ini BPBD fokus untuk penyaluran logistik karena warga sangat memerlukannya.
"Data sementara di Kecamatan Muara Lawa saja mencapai 1.512 KK yang mengungsi. Kalau di dua kecamatan lain masih dalam proses data," kata Asriyansyah.
Menuju Kutai Barat, saat ini kondisinya sangat sulit ditempuh jalaur darat. Jalan poros yang menjadi jalur utama warga terputus akibat terendam banjir. Menurut Asriyansyah, yang paling memungkinkan menuju Kutai Barat dilalui jalur sungai. Dengan kedanaraan darat jarak tempuh terjauh hanya sampai di Muara Lawa, masih ada puluhan kilometer menuju Barong Tongkok, ibu kota Kabupaten Kutai Barat.
Syarkawi, warga Muara Niliq Kecamatan Damai, mengabarkan banjir saat ini masih bertahan dan merendam rumah warga. Banjir terparah merendam pemukiman yang ada di sepanjang bantaran Sungai Kedang Pahu. Ketinggian air mencapai lima meter. Rumah warga nyaris seluruhnya terendam, hanya menyisakan atap.
Konstruksi rumah warga di daerah ini umumnya rumah panggung dengan ketinggian enam meter dari permukaan tanah. "Saya ngungsi ke Samarinda ke tempat keluarga. Kalau tetangga saya ngungsi ke tempat yang tinggi, ada yang di masjid, juga di gereja," kata Syarkawi.
Tokoh masyarakat Kutai Barat, Rina Laden Mering, merespon banjir di daerahnya dengan membangun Posko di Samarinda. Dia menghimpun bantuan warga Samarinda dan sekitarnya untuk disalurkan kepada warga korban banjir di Kutai Barat.
Menurut dia, bantuan yang kini diperlukan warga berupa pakaian dan makanan. Sepekan berada di pengungsian menurut dia, warga memerlukan perlengkapan untuk menghabiskan waktu di pemukiman.
"Posko sudah aktif terhitung, Selasa hari ini," kata Rina.
FIRMAN HIDAYAT