TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangile meminta upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan harus berjalan lebih maksimal dibandingkan tahun lalu.
Hal itu penting dilakukan agar berhasil menekan kerugian secara ekonomi dan sosial-budaya akibat kebakaran hebat tahun sebelumnya. Dalam catatannya, akibat kebakaran yang sulit dikendalikan itu, perekonomian nasional terkoreksi hingga 0,2 persen.
"Bila di rupiahkan nilainya mencapai Rp 221 triliun," kata Willem, saat gelar siaga api dan program desa makmur peduli api di kawasan pabrik PT OKI Pulp and Paper Mils di Sungai Baung, Ogan Komering Ilir, Kamis, 24 Maret 2016,.
Menurut dia, angka tersebut belum termasuk biaya yang terbuang untuk melakukan pemadaman, seperti menempatkan sejumlah helikopter, ribuan personel, serta upaya pencegahan lain. "Upaya pencegahan tidak boleh gagal karena itu kami menggandeng dunia usaha," ujar Willem.
Tahun lalu, kebakaran hutan menghanguskan setidaknya 2,6 juta hutan dan lahan di seluruh Indonesia. Sementara di Sumatera Selatan, menurut dia, ada 375 ribu hektare lahan terbakar. Dari kejadian tersebut sebagian besar kebakaran disebabkan oleh membuka lahan dengan cara dibakar. "Sekarang pencegahan berbasis masyarakat desa."
Managing Director Sinar Mas Gandhi Sulistyanto mengatakan perusahaannya merupakan salah satu perusahaan yang mengalami dampak langsung dari peristiwa kebakaran tahun sebelumnya.
Untuk itulah, tahun ini mereka melakukan upaya pencegahan dini dengan menggelontorkan US$ 20 juta. Dana tersebut, di antaranya diperuntukkan bagi penyediaan ahli TREK Wildlan Service dari Kanada dan Working on Fire dari Afrika Selatan. "Kami gunakan teknologi geotermal karena tahun lalu upaya deteksi dini belum berlangsung optimal," kata Gandhi.
PARLIZA HENDRAWAN