TEMPO.CO, Lamongan - Dinas Peternakan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, melakukan vaksin terhadap unggas yang ada di beberapa tempat. Langkah ini diambil setelah 735 ekor ayam mati secara mendadak diduga akibat terserang virus flu burung dalam sepekan terakhir.
Fokus vaksin dan penyemprotan disinfektan dilakukan di Desa Sembung, Kecamatan Sukorame. Dinas Peternakan Lamongan memastikan matinya ayam di desa tersebut, karena tertular virus flu burung.
Tindakan lain untuk mencegah penularan, yaitu membakar ayam-ayam yang mati dan kemudian menimbun di satu tempat. ”Ya, ini sedang gencar kita lakukan,” ujar Kepala Dinas Peternakan Lamongan Sukriyah, Jumat, 18 Maret 2016.
Menurut Sukriyah, tindakan lainnya, melakukan pemetaan desa-desa di Kecamatan Sukorame, yang potensi tertular virus flu burung. Diawali dari Desa Sembung, dan memonitor desa sekitar, dengan program vaksin dan penyemprotan di titik-titik di mana hewan unggas mati mendadak. "Ada petugas yang monitor di lapangan.”
Sukriyah penyebaran virus bisa terjadi dengan berbagai pola. Misalnya, adanya keluar-masuk penjualan unggas dari luar Lamongan atau sebaliknya. Selain itu, virus bisa menyebar lewat unggas yang dijual pedagang keliling. Kondisi kandang tidak bersih juga mempercepat penyebaran. Selain itu ada penduduk yang membiarkan unggas bebas berkeliaran.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Sugeng Widodo, mengatakan kasus virus flu burung di daerahnya masih menjadi perhatian. ”Ya, dilakukan kerja bakti dan bersih-bersih,” ujarnya.
Sugeng menyebutkan, Dinas Peternakan Lamongan juga telah berkirim surat ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Intinya mengajukan bantuan untuk mendapatkan disinfektan ke Kabupaten Lamongan. Penyemprotan dilakukan beberapa titik di Kecamatan Sukorame dan sekitarnya dengan populasi unggas sekitar 8.500 ekor. Di antaranya itik, ayam kampung, ayam potong, dan juga ayam petelur.
Sebelumnya, virus flu burung yang mewabah di satu dusun di Kabupaten Banyuwangi tahun ini diduga masuk dari lalu lintas ternak unggas antardaerah. Lalu lintas yang dimaksud adalah sistem boro atau angon yang dilakukan di masa pembibitan hingga pembesaran si unggas.
Penggembalaan itu biasa dilakukan hingga keluar daerah Banyuwangi. "Itik biasa diangkut dengan kendaraan dan dibawa ke daerah lain untuk di-boro," kata Kepala Dinas Peternakan Banyuwangi Heru Santoso, ketika dihubungi, Kamis, 17 Maret 2016.
Lebih dari 7.000 unggas yang didominasi itik telah dipastikan mati akibat terjangkit virus flu burung di Dusun Wringinagung, Desa Sumberjo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Data Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi menyebutkan, di dusun tersebut terdapat 30 peternak dengan jumlah total populasi unggas sebanyak lebih dari 10 ribu ekor, terdiri atas 9.000 itik, 2.000 ayam, dan sekitar 200 mentok.
SUJATMIKO