TEMPO.CO, Surabaya - Flu burung muncul lagi. Kasusnya yang pertama pada 2016 ini ditemukan di dua lokasi berbeda di Jawa Timur yang menyebabkan kematian hampir 6.000 ekor unggas, terdiri atas ayam, bebek, dan entok.
Dua lokasi itu adalah Dusun Wringinagung, Desa Sumberejo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, dan Desa Sembung, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan. Satu peternak di Banyuwangi bahkan sempat diperiksa karena ikut sakit dan diduga terjangkit zoonosis atau penyakit yang berasal dari hewan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Iswahyudi mengatakan kasus baru flu burung tersebut baru dilaporkan peternak pada 8 Maret 2016. Padahal ribuan unggas mereka mati sejak seminggu sebelumnya.
“Karena mereka menganggap kematian unggas itu biasa. Kalau sapi sakit, baru dilaporkan,” ujarnya saat dihubungi, Rabu, 16 Maret 2016.
Namun, ucap Iswahyudi, dua kasus flu burung itu sudah terkendali. Dinas Peternakan Jawa Timur, tutur dia, menurunkan tim dari laboratorium kesehatan hewan dan Unit Respons Cepat. “Kami melakukan pengendalian berupa biosecurity dengan memusnahkan serta mengubur bangkai dan sisa kotoran unggas.”
Sedangkan sisa unggas yang belum mati dan tampak sehat juga diterapkan biosecurity serta diberlakukan pembatasan lalu lintas. Hewan dilarang dibawa keluar dan tidak sembarang orang diizinkan masuk-keluar kandang.
"Selama sebulan, kandang diistirahatkan, lalu disemprot disinfektan untuk menurunkan penyebab penyakit,” tuturnya.
Bagi pemilik ternak unggas yang mati, pemerintah tak memberi kompensasi. Menurut Iswahyudi, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014, pemilik ternak yang sudah dinyatakan terjangkit penyakit hewan tidak bisa diberi kompensasi. “Namun kami akan memberi vaksin gratis untuk penyakit flu burung,” katanya.
ARTIKA RACHMI FARMITA