TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI Inspektur Jenderal Anton Charliyan menjelaskan, Siyono merupakan panglima di kelompok teroris yang diikutinya. Siyono merupakan bagian dari kelompok teroris Jamaah Islamiyah muda atau biasa disebut Neo Jamaah Islamiyah.
"Siyono berpangkat panglima atau sekelas direktur dalam kelompoknya ini," ujar Anton saat memberikan keterangan pers di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin, 14 Maret 2016.
Hal tersebut diketahui setelah Polri dan satuan khusus antiteror terus mengembangkan informasi dari para tersangka terduga teroris sebelumnya. "Dari hasil pengembangan tersangka lain sebelumnya, Siyono memang diminta menggerakkan kelompok ini," ucapnya.
Baca: Pengamat: Usut Kematian Siyono, Terduga Teroris Asal Klaten
Anton juga menyayangkan kematian Siyono. Pasalnya, Siyono dianggap memegang banyak informasi terkait dengan kelompok yang dipimpinnya. Selain itu, Siyono dituding sebagai pemegang informasi soal gudang senjata yang dimiliki kelompok Neo Jamaah Islamiyah.
"Kelompok ini mewarisi banyak senjata dari kelompok bom Bali dan sebelumnya. Dan yang mengetahui lokasi bunker senjata itu ya dia ini (Siyono)," tuturnya.
Terkait dengan jaringan kelompok terorisme Neo Jamaah Islamiyah, Anton mengatakan Polri masih terus mengembangkan informasinya. Kelompok ini, ucap Anton, berafiliasi dengan jaringan Al-Qaedah serta belum ada keterkaitan dengan ISIS, kelompok Santoso, dan bom Thamrin.
Baca: Polisi Jelaskan Penyebab Tewasnya Terduga Teroris Siyono
"Yang jelas, di Indonesia, kelompok ini lebih militan daripada rekrutan ISIS. Organisasinya lebih terstruktur karena sudah lama," ucapnya.
Seorang terduga teroris asal Klaten yang ditangkap Densus 88 tewas saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Bhayangkara, Yogyakarta. Ia diduga meninggal karena kelelahan dan lemas setelah berkelahi dengan anggota Densus yang mengawalnya.
Baca: Begini Kondisi Jenazah Siyono
Anton menjelaskan, pada Kamis, 10 Maret 2016, Siyono hanya didampingi satu anggota Densus 88 dan seorang sopir. Mereka hendak menuju tempat terduga teroris lain yang disebutnya masih satu kelompok dengannya. "Dalam perjalanan, mata yang bersangkutan (Siyono) ditutup. Tangannya juga diborgol," tuturnya.
Namun, ketika sudah mendekati lokasi yang dimaksud, tersangka meminta penutup kepala dan borgolnya dibuka. Setelah penutup kepala dan borgolnya dibuka, Siyono langsung menyerang dengan memukul anggota Densus yang mengawalnya tersebut
Anton menjelaskan, dalam perkelahian tersebut, terjadi saling pukul dan saling dorong. Akhirnya, Siyono lemas dan pingsan ketika anggota Densus membenturkan kepala Siyono ke sisi mobil.
Baca: Mabes Polri Bantah Tembak Siyono
INGE KLARA SAFITRI