TEMPO.CO, Kuta - Kalangan seniman lawak di Bali atau yang dikenal dengan seni bondres dari Semeton Muda Lawak Bali mendeklarasikan sikap menolak reklamasi Teluk Benoa. Deklarasi ini bertepatan dengan aksi tolak reklamasi warga Desa Adat Legian, yang bertajuk “Legian Bergerak!”.
"Kami menghimpun saudara-saudara kami yang satu misi, kemarin (Sabtu, 12 Februari 2016). Kami sudah membuat kesepakatan bersama hari ini (Ahad, 13 Februari 2016), deklarasi menolak reklamasi Teluk Benoa," kata Ketua Semeton Muda Lawak Bali I Wayan Muliada di Desa Adat Legian, Kecamatan Kuta, Ahad, 13 Februari.
I Wayan Muliada menuturkan kondisi Bali saat ini ibarat manusia yang sedang menangis karena kejahatan pejabat pemerintahan dan investor. "Kami merasa empati dengan saudara-saudara kami di pesisir sehingga perlu bergerak berjuang mempertahankan tanah leluhur kami," tuturnya.
Baca Juga: Pasca Nyepi, Desa Ini Deklarasi Tolak Reklamasi Teluk Benoa
Pria yang akrab disapa Inguh itu menjelaskan Semeton Muda Lawak Bali beranggotakan 52 orang, yang terdiri atas beberapa sanggar seni dan beberapa paguyuban lawak. Kesenian bondres menekankan humor atau banyolan bermuatan kritik. Dalam pementasan, bondres kerap menyampaikan nasihat yang bersumber dari falsafah Hindu di Bali.
"Seni bondres bisa menjadi ikon untuk menambah semangat saudara-saudara kami yang masih takut berjuang (menolak reklamasi Teluk Benoa)," ujar pria berusia 34 tahun itu.
Selain itu, kata Inguh, seni bondres tampil untuk menghibur rakyat yang telah berjuang selama 3 tahun melawan rencana proyek reklamasi PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) milik Tomy Winata. "Semoga hiburan lawak yang mengocok perut ini bisa membangkitkan kembali motivasi para penolak reklamasi supaya tidak bosan meneruskan perjuangan."
BRAM SETIAWAN