TEMPO.CO, Balikpapan - Sebanyak 1.400 polisi mengamankan jalannya Musyawarah Daerah Golkar Kalimantan Timur di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan. Pengamanan ini dilengkapi pasukan bersenjata laras panjang, mobil barakuda dan pemeriksaan metal detector bagi setiap pengunjung hotel.
Rupanya, pengaman super ketat ini permintaan dari Ketua Umum Golkar versi Bali, Aburizal Bakrie. “Saya yang meminta Kapolda Kaltim dalam pengamanan Musda Golkar Kalimantan Timur,” kata Aburizal dalam sambutannya, pada pembukaan Musda di Balikpapan, Sabtu, 12 Maret 2016.
Aburizal ingin Musda Kaltim berlangsung damai dalam memilih pengurus baru. Dia mengacu proses politik Musda Golkar seluruh Indonesia lainnya yang akhirnya ditentukan secara musyawarah mufakat dalam penentuan susunan pengurus baru selanjutnya. “Kalau bisa sistem voting menjadi opsi terakhir dan tidak dilakukan,” ujarnya.
Ketatnya pengamanan polisi, kata Aburizal guna menjamin terselenggaranya Musda Golkar Kaltim sesuai mekanisme partai. Dia tidak mau nama Partai Golkar disebut partai pembuat gaduh setelah gagal dalam pengamanan pelaksanaan Musda Golkar Kaltim.
“Kita sudah ribut setahun ini di internal Golkar, jangan sampai nanti kembali dapat julukan tukang ribut terus. Bahkan kalau di Balikpapan tidak bisa, akan saya pindahkan saja Musda Kaltim ke Jakarta saja, biar aman,” ujarnya.
Sebelum terbang kembali ke Jakarta Sabtu malam itu juga, Aburizal menyempatkan diri menemui Kapolda Kaltim, Inspektur Jenderal Safaruddin yang berada di lobi Hotel Gran Senyiur. Jenderal bintang dua ini terlihat mengantarkan Aburizal hingga memasuki mobil yang membawanya ke Bandara Sepinggan Balikpapan.
Pengamanan Musda Golkar Kaltim kali ini terbilang super ketat seperti halnya pengamanan presiden dan wakil presiden. Sebanyak 1.400 personil polisi memberlakukan pengamanan berlapis bagi setiap orang yang menghadiri Musda Golkar Kaltim.
Polisi menetapkan tiga ring pengamanan guna menyortir kedatangan para tamu sejak berada di lingkungan hotel. Mereka menyita 12 senjata tajam berupa parang, celurit dan badik milik peserta Musda Golkar Kaltim. Polisi hanya mengamankan barang bukti senjata tajam ini serta melepaskan para pemiliknya.
Ketua Plt DPD Golkar Kaltim, Mahyuddin mengatakan ketatnya pengamanan ini disebabkan tingginya tensi pemilihan yang diikuti dua kandidat kuat yakni Rita Widyasari (Bupati Kutai Kartanegara) dan Said Amin (Ketua Pemuda Pancasila) Kaltim. Dia mengaku mendengar informasi pengerahan ribuan massa yang berniat mengganggu prosesi Musda Golkar Kaltim ini.
“Keduanya orang hebat sehingga maklum bila pendukungnya banyak,” paparnya.
Mahyuddi menilai kedua tokoh ini layak memimpin Golkar Kaltim pada masa periode selanjutnya. Menurutnya pemilihan nanti mempertemukan dua tokoh senior maupun junior dalam tubuh Golkar Kaltim. “Keduanya bagi saya seperti kakak dan adik yang menjadi tokoh Golkar Kaltim,” ujarnya.
Mahyuddin meminta masing-masing pihak mampu menahan diri menjaga pelaksanaan Musda Golkar Kaltim. Dia menghimbau agar prosesi pemilihan bisa dilakukan lewat proses musyawarah mufakat.
Masing masing kandidat tidak banyak berkomentar soal keikutsertannya mengikuti pemilihan Ketua DPD Golkar Kaltim. Rita Widyasari hanya merasa terpanggil untuk membesarkan Golkar seperti halnya ayahnya, Syaukani HR yang memimpin Partai Golkar Kaltim pada masa lalu.
Said Amin tidak memberikan komentar pada media massa Balikpapan soal pencalonannya ini. Pimpinan ormas serta pengusaha batu bara ini hanya berlalu tanpa menghiraukan pertanyaan wartawan.
SG WIBISONO