TEMPO.CO, Jakarta - Gempa berkekuatan magnitude 7,8 di Samudra Hindia pada Rabu, 2 Maret 2016, diyakini berdampak pada kondisi zona subduksi gempa besar (megathrust) Sumatera.
Pakar gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan gempa akibat sesar geser di Samudra Hindia membuat lempeng bergerak ke timur atau zona subduksi. Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, berpendapat sama.
Menurut Danny, lempeng samudra menekan ke bawah dan mengarah ke zona subduksi atau tumbukan lempeng Indo Australia dengan Eurasia di lepas pantai sepanjang pesisir barat Sumatera. "Kalau kita lihat di stasiun GPS (global positioning system) yang dipasang di Mentawai, gerakannya (lempeng) mengarah ke timur. Hubungannya tidak langsung dan cukup kompleks," katanya saat acara diskusi gempa Samudra Hindia di ITB yang berlangsung Kamis, 10 Maret 2016.
Di Samudra Hindia, ada dua sistem besar sesar yang memunculkan gempa. Arah sesarnya ada yang ke barat-timur dan utara-selatan. Berdasarkan teori dan hasil perhitungannya, gempa di Samudra Hindia mengakibatkan pemipihan dan pemanjangan lempeng. "Setiap ada gempa-gempa di Samudra Hindia, pasti akan menambah beban di megathrust Sumatera," ujarnya.
Danny membagi zona sumber gempa besar di sepanjang megathrust dalam lima potongan atau segmen. Dimulai dari Andaman-Aceh, kemudian Nias, Mentawai, Enggano, hingga Sunda. Selain segmen Mentawai yang belum melepaskan energi tekanannya dan menjadi gempa, sebuah segmen lain juga perlu diwaspadai. "Segmen Sunda ini datanya tidak ada, kita tidak tahu," tuturnya.
Pakar gempa dari ITB, Irwan Meilano mengatakan, dari catatan kejadian gempa, terlihat cukup banyak yang sumbernya berasal di Samudra Hindia. "Banyak gempa dangkal dengan kedalaman sumber kurang dari 40 kilometer," ucapnya. Implikasi atau dampaknya menyebabkan stres transfer atau perpindahan tekanan ke zona subduksi atau megathrust Sumatera.
Perubahan tekanan lempeng itu dinilainya cukup berpengaruh pada bagian zona subduksi Sumatera. Walau begitu, kata Danny Hilman juga Irwan serta peneliti gempa lain dalam diskusi tersebut, prediksi waktu kejadian gempa di zona subduksi itu masih sulit. "Gempa kemarin harus membuat kita lebih waspada ke depan," kata Danny Hilman.
Sebelumnya diberitakan, gempa yang bersumber di Samudra Hindia tersebut mengguncang Mentawai dan Sumatera Barat pada Rabu, 2 Maret 2016, pukul 19.49 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi mengakhiri peringatan dini tsunami tepat pukul 22.32 WIB setelah mengeluarkan peringatan dini tsunami.
ANWAR SISWADI