TEMPO.CO, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan baru pada 2017 masyarakat sekitar Sungai Bengawan Solo diprediksi akan terbebas dari bencana banjir. Ini karena penambahan pintu air sudetan Pelangwot Sedayu Lawas baru selesai pada 2017.
"Ini sedang dibangun penambahan dua pintu air di Pelangwot Sedayu Lawas," ujar Soekarwo kepada wartawan, Senin, 7 Maret 2016.
Menurut Soekarwo, penambahan pintu air ini untuk meningkatkan kinerja pembuangan air oleh sudetan plang watch, yang saat ini hanya mencapai 680 meter kubik per detik menjadi 1.300 meter kubik per detik. Ketika air mencapai 634 meter kubik saat disudet oleh Pelangwot Sedayu Lawas, Bengawan Solo sudah mencapai batas merah.
"Ini karena pintu airnya cuma tiga. Makanya kami kemarin minta tambah dua lagi biar menjadi lima," kata Soekarwo.
Soekarwo menjelaskan, konstruksi tanah di sekitar Sungai Bengawan Solo sama seperti di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan, yakni termasuk tanah depresi. Artinya, daratannya lebih rendah dari permukaan air laut. Hal ini menyebabkan daerah tersebut akan mengalami banjir setiap turun hujan. "Ini mau ngeruk sudetan, dananya sudah ada sampai Rp 1,3 triliun dari pemerintah pusat."
Ihwal pengadaan pompa air untuk mengurangi banjir di daerah sekitar Bengawan Solo, Soekarwo enggan mengusulkan pompa air. Dia menilai daerah itu hanya perlu pengerukan sudetan air untuk membuang air ke laut.
"Kondisinya beda dengan yang di Sumenep. Kalau di Sumenep butuh pompa, kalau di Bengawan Solo tinggal menyelesaikan Plangwot itu," ujarnya.
EDWIN FAJERIAL