TEMPO.CO, Semarang - Meski sudah didatangi beberapa kandidat, Partai Golongan Karya Jawa Tengah hingga kini belum memutuskan calon ketua umum mana yang akan diberi dukungan dalam Musyawarah Nasional Golkar mendatang. “Kami masih menimbang-nimbang figur yang cocok,” ujar Ketua Golkar Jawa Tengah Wisnu Suhardono, Ahad, 6 Maret 2016.
Wisnu menyatakan ketua umum partai beringin pada masa mendatang harus memiliki banyak kriteria agar bisa mensolidkan partai yang belakangan ini mengalami konflik internal berkepanjangan tersebut. “Salah satu kriteria ketua umum adalah bisa mempersatukan untuk perubahan ke arah yang lebih besar, tanpa mengurangi rasa hormat kepada pengurus yang lama,” ucap Wisnu.
Sebelumnya, beberapa kandidat ketua umum yang akan bertarung dalam Munas Golkar sudah "berkampanye" di hadapan pengurus Golkar Jawa Tengah dan pengurus Golkar di kabupaten dan kota se-Jawa Tengah. Beberapa kali, mereka menggelar acara. Di antaranya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin, Ketua Fraksi Golkar DPR Setya Novanto, dan pemimpin Komisi III DPR, Aziz Syamsuddin.
Bahkan Idrus Marham, Sekretaris Jenderal Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie, juga pernah mengumpulkan pengurus Golkar Jawa Tengah.
Munas Golkar digelar sebagai jalan tengah untuk meredam konflik internal partai tersebut yang membara selama lebih dari dua tahun terakhir. Konflik itu memecah Golkar menjadi dua kubu: kubu hasil Munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie dan kubu hasil Munas Jakarta pimpinan Agung Laksono.
Bendahara demisioner Partai Golkar Jawa Tengah, Sasmito, berharap figur Ketua Umum Golkar mendatang adalah yang bisa membawa perubahan bagi Golkar yang saat ini sedang tidak solid. Sasmito meminta pemilihan ketua umum dalam Munas Golkar mendatang dilakukan secara fair dan tak ada politik uang. “Jika ada calon ketua umum yang menggunakan politik uang, dia harus didiskualifikasi, tidak boleh mencalonkan diri,” tuturnya.
ROFIUDDIN