TEMPO.CO, Pekanbaru - Satelit Tera dan Aqua memantau memantau pertumbuhan titik panas mencapi 59 titik tersebar di wilayah Sumatera. Riau masih menjadi penyumbang titik panas terbanyak yakni 45 titik.
"Titik panas terpantau pukul 07.00 pagi," Kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika stasiun Pekanbaru, Sugarin, Jumat, 4 Maret 2016.
Sugarin mengatakan, titik panas terpantau di enam provinsi yakni Aceh tiga titik, Sumatera Barat tiga titik, Sumatera Utara enam titik, Bengkulu satu titik, Sumatera Selatan satu titik. Sedangan di Riau terbanyak mencapai 45 titik.
Adapun persebaran titik panas di Riau masih didominasi Kabupaten Bengkalis 21 titik, disusul Siak 14 titik, Dumai 5 titik, Pelalawan dua titik, Meranti satu titik, Indragiri Hulu satu titik dan Indragiri Hilir satu titik. "Tingkat kepercayaan di atas 70 persen atau 26 titik," jelasnya.
Secara umum kata Sugarin, cuaca wilayah Riau cerah berawan. Potensi hujan dengan intensitas ringan tidak merata dan bersifat lokal di wilayah Riau bagian selatan. "Temperatur maksimum 32.0 - 34.0 derjat calcius," ucapnya.
Meski demikian, kebakaran lahan belum mengganggu kualitas udara di Riau. Jarak pandang di beberapa daerah relatif normal yakni Pekanbaru 8 Km, Dumai 7 Km, Pelalawan 6 Km dan Rengat 5 Km.
Pemerintah Provinsi Riau menyatakan telah meyediakan anggaran Rp 100 miliar untuk penanganan kasus kebakaran hutan dan lahan. Anggaran tersebut berada di setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk kegiatan penanggulangan bencana kabut asap.
"Tahun ini ada Rp 100 miliar lebih kami sediakan untuk penanganan kebakaran lahan," kata Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachaman.
Kebakaran lahan dua pekan terakhir marak terjadi di sejumlah daerah di Riau. Kepolisian Daerah Riau mencatat secara keseluruhan hutan terbakar di Riau mencapai 222,5 hektare.
Menanggapi hal itu, sejauh ini baru dua kabupaten menyatakan siaga kebakaran lahan yakni Bengkalis dan Meranti. Pemerintah provinsi kata dia, belum dapat menggunakan anggaran tersebut lantaran belum dalam kondisi darurat.
Menurut Arsyadjuliandi, pemerintah daerah di kabupaten dinilai masih sanggup menangani bencana asap di daerahnya. Petugas pemadam dari BPBD Damkar, kepolisian dan TNI masih terus berjibaku padamkan api.
Hingga kini Arsyadjuliandi menambahkan, pemerintah daerah belum perlu meminta bantuan alat pemadam kebakaran dan helikopter waterbombing karena kebakaran lahan masih tertangani oleh daerah.
"Daerah yang sudah menyatakan siaga bisa menggunakan anggaran mereka sendiri, mereka juga harus bahu membahu padamkan api. Selama masih bisa diantisipasi kami belum perlu minta bantua pusat," katanya.
RIYAN NOFITRA