TEMPO.CO, Padang - Patroli rutin TNI AU menggunakan pesawat pengintai Boeing 373-200 menunjukkan tak ada kerusakan yang tampak pada Kepulauan Mentawai meski diguncang gempa 7,8 skala Richter pada Rabu malam. Pemantauan langsung dari udara itu diberi nama Patroli Sayap Merak karena menjangkau wilayah barat Sumatera, mulai dari Selat Malaka hingga Laut Cina Selatan, termasuk Mentawai.
Pesawat pengintai strategis yang juga membawa rombongan wartawan itu lepas landas dari Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada pukul 08.30, Kamis, 3 Maret 2016. Pesawat mendarat di Bandara Minangkabau, Padang, Sumatera Barat, pada 11.00.
Dengan pesawat bernomor seri AI 7302 itu, patroli itu melakukan pemantauan dari ketinggian 1.500 kaki atau sekitar 450 meter. Pesawat melakukan patroli di atas sejumlah Kepulauan Mentawai, seperti Pulau Pagai, Sipora, dan Siberut. Pepohonan, rumah, dan bangunan di pulau-pulau itu tampak rapi dan tidak terlihat kerusakan maupun pohon tumbang bila dilihat dari udara.
"Hasil pengamatan kondisi Mentawai aman," kata Kapten Pnb Devi Oktaviandra, Kamis, 3 Maret 2016.
Komandan Pangkalan TNI AU Padang Kolonel I Putu Gede S. juga menyatakan kondisi di wilayahnya aman dan kondusif. "Warga di Mentawai dan Padang telah beraktivitas seperti biasa," ujarnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho melaporkan gempa bumi pertama kali dirasakan pada pukul 19.49, Rabu malam. Pusat gempa berada di Samudra Indonesia pada kedalaman sepuluh kilometer.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami di beberapa titik, di antaranya Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Bengkulu, dan Lampung. Namun, karena dianggap tidak membahayakan, peringatan bahaya tsunami dicabut BMKG.
M. IQBAL ICHSAN