TEMPO.CO, Pontianak - Kalimantan Barat membentuk desa siaga api di sepuluh daerah rawan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan. Setiap desa siaga api memiliki satu peleton pemadam kebakaran.
“Akhir Februari telah diikrarkan Kesepakatan Bersama Apel Besar Pencegahan dan Penanggulangan Anti-Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Ketapang," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sustyo Iriyono, Rabu, 2 Maret 2016.
Ketapang merupakan daerah paling banyak terdapat titik api saat kebakaran hutan dan lahan pada 2015. Ikrar ini juga diikuti wakil perusahaan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri se-Kabupaten Ketapang.
Provinsi Kalimantan Barat juga telah meluncurkan patroli terpadu dan melakukan rapat evaluasi penanganan bencana asap. Konsolidasi dilakukan oleh hampir semua kabupaten/kota. Di antaranya, Kota Singkawang, Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kabupaten Melawi.
Selama 11-20 Februari 2016, hujan masih turun dengan intensitas rendah hingga tinggi. Hasil pantauan satelit modis (Aqua/Terra) menunjukkan, selama kurun waktu itu, tidak terdeteksi hotspot. Adapun berdasarkan pantauan satelit NOAA 18 pada 14 Februari 2016, terdeteksi satu titik panas di Sintang dan pada 17 Februari terdeteksi satu titik panas di Ketapang.
Pengecekan lapangan, Balai tidak menemukan kebakaran hutan dan lahan. Hanya ditemukan hamparan pasir eks penambangan tanpa izin, lahan sawit, dan tanaman kacang-kacangan.
Total hotspot yang terdeteksi berdasarkan satelit NOAA 18 sejak 1 Januari sampai 20 Februari adalah empat titik panas berbanding dengan 49 titik panas pada periode waktu yang sama pada 2015.
ASEANTY PAHLEVI