TEMPO.CO, Malang — Pujianto alias Raider Bakiyah pernah menjadi perekrut calon pekerja tenaga kerja Indonesia untuk dikirim ke luar negeri melalui badan usaha ilegal. Profesi sebagai perekrut TKI itu dilakoni Pujianto jauh sebelum ia ditangkap Detasemen Khusus Antiteror di Stasiun Kroya, Kelurahan Bajingwetan, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Senin dinihari, 29 Februari 2016.
Pria yang beralamat tempat tinggal di Jalan Raya Timur Pasar RT 03/RW 02, Desa Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu ditangkap bersama Panji Kokoh Kusumo alias Latif alias Gajah alias Fahri, 37 tahun. Panji merupakan warga Kampung Karangrejo RT 02 RW 02, Kelurahan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
“Pujianto itu pernah jadi TKI di Hong Kong. Lalu sekitar tiga bulan sekali ia ke Hong Kong untuk kulakan HP (handphone) untuk dijual balik lagi di Malang, dan selanjutnya ia bikin perusahaan PJTKI (pengerah jasa TKI),” kata Mohamad Lutfi kepada Tempo pada Selasa sore, 1 Maret 2016. Ia didampingi adik kandungnya, M. Isharul Latif.
Mohamad Lutfi ditemui di rumahnya di Jalan Pesantren RT 009 RW 008, Kelurahan Turen, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Lutfi diduga anggota jaringan Pujianto setelah Densus 88 menemukan kartu tanda penduduk (KTP) atas nama dirinya. Selain menyita KTP Lutfi, aparat Densus 88 menyita KTP atas nama Wiwik Yuliati, 30 tahun, warga Sumber Ngepoh RT 01 RW 06, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
“Kalau Wiwik itu istri kedua Pujianto. Istri pertamanya orang Turen sini. Namanya Agnes dan sudah dicerai. Sedangkan Wiwik meninggal dua tahun lalu, dan saya menghadiri pemakamannya di Lawang sana,” ujar lajang berusia 40 tahun itu.
Lutfi sendiri sempat mempunyai perusahaan PJTKI bernama PT Putra Duta Pembangunan yang berlokasi dekat kantor pos Turen. Cabangnya ada di Kediri. Melalui perusahaannya, Lutfi mengirim TKI ke Malaysia, Singapura, Brunei, Hong Kong, dan Taiwan. Perusahaan ini bertahan sekitar 4 tahun dan ditutup satu tahun lalu.
“Setelah perusahaan saya tutup, saya ikut adik saya berjualan telur keliling kampung. Ya, sampai sekarang kerja serabutan, tapi saya tak pernah ikut-ikutan kegiatan radikal yang mengarah pada terorisme,” katanya.
Berbeda dengan Lutfi, Pujianto malah mengirim TKI ke Australia, Kanada, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, dan Malaysia. Negara tujuan ini tidak lazim. “Setahu saya perusahaannya itu ilegal. Ia menjalankan sendiri usahanya itu. Saya pernah lihat di rumahnya di Sumbermanjing Wetan ada banyak sekali paspor dan kartu ATM (anjungan tunai mandiri). Itu mungkin dari orang-orang yang mendaftar jadi TKI.”
Lutfi dan Pujianto sudah berteman sekitar 5 tahun lalu. Mereka terakhir bertemu sekitar tiga bulan lalu. Waktu itu Pujianto meminjam KTP asli milik Lutfi. Semula Lutfi bersikeras menolak meminjamkannya, tapi Pujianto memaksa. KTP tersebut digunakan Pujianto untuk masuk dan mencari kerja di Bali dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
ABDI PURMONO