TEMPO.CO, Indramayu – Serangan hama tikus merusak bulir-bulir padi yang telah berisi di wilayah Indramayu, Jawa Barat. Akibatnya, petani mengalami kerugian yang tidak sedikit.
“Sekitar sepekan lalu areal tanaman padi di desa kami tiba-tiba diserang ribuan tikus,” kata Kepala Desa Tegaltaman, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jamroni, Selasa 1 Maret 2016.
Agar serangan tikus tidak kian meluas, kata dia, warga desa ramai-ramai melakukan gropyokan. Berkat upaya warga, serangan tikus tersebut bisa dicegah. Dari sekitar 500 hektare areal pertanian di desa tersebut, 200 hektare di antaranya telah rusak.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Indramayu Sutatang menuturkan, selain Sukra, tikus juga melahap tanaman padi di Kecamatan Terisi, Anjatan, Bangodua, dan Tukdana. “Umur tanaman padi yang diserang rata-rata 30-65 hari,” ujar Sutatang.
Menurut Sutatang petani di kecamatan-kecamatan tersebut menanam padi tiga kali dalam setahun tanpa putus. “Karena ketersediaan air cukup, petani memaksa menanam padi sepanjang tahun,” kata Sutatang.
Dengan menanam padi terus menerus, kata dia, tidak bisa memutus mata rantai serangan berbagai organisme penggangu tanaman. Padahal seharusnya dalam setahun penanaman padi hanya dua kali lalu disambung palawija. “Penyelingan dengan palawija bisa memutus mata rantai serangan berbagai organisme penggangu, termasuk tikus,” kata Sutatang.
Untuk mengatasi serangan tikus, Sutatang mengimbau petani rutin melakukan gropyokan hingga ke lubang-lubang sarang hewan pengerat itu. "Jika dibiarkan serangan tikus bakal menurunkan produksi padi."
IVANSYAH